Suara.com - Cara Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) menangani situs judi online (judol) dinilai tidak efektif.
Pakar telematika Roy Suryo mengkritik Komdigi yang hanya menutup saluran judol, sementara induk bandarnya tetap bisa beroperasi dengan bebas.
"Situs judi ini sebenarnya pemainnya nggak banyak, enggak lebih dari 10. Artinya sumbernya, ya. Dan ini sebenarnya sistem yang salah di komdigi atau kominfo itu. Mereka hanya menutup salurannya," ujar Roy Suryo saat dihubungi Suara.com, Kamis (7/11/2024).
"Ibaratnya gini, mau masuk ke Stadion Utama Senayan, yang ditutup itu hanya pintu 1, Pintu 2. Tapi pintu lainnya enggak ditutup. Tetap bisa masuk, kan. Harusnya yang ditutup itu adalah stadionnya," imbuhnya.
Baca Juga: BSSN Warning! 1.200 Sistem Pemerintah Rentan Disusupi Judi Online
Dalam kasus situs judol, menurut Roy, seharusnya pemerintah mampu menutup akses koneksi server yang ada di pusat bandar judi. D
ia menyebutkan bahwa tempat tersebut berada di Kambodja, Thailand, dan Vietnam yang disebut sebagai Sekitiga Emas dari aktivitas judi taraf internasional.
"Itu harusnya ditutup, bukan hanya hub-hubnya. Bukan hanya node-node-nya. Hub atau node atau jalur, ya, Gampangannya setara awam," ucapnya.
Selain Komdigi, Roy juga mengkritisi kerja kepolisian yang harusnya juga turut menangkap artis-artis besar yang pernah mempromosikan game judi online dengan dalih endorse.
Menurutnya, dari keterangan artis-artis tersebut justru bisa bantu penyidik menuju situs dan pusat server yang ada di luar negeri.
Baca Juga: Modus Pegawai Komdigi Kelabui PPATK Agar Rekening Judi Online Tak Terlacak
"Jangan hanya menangkap artis atau selebgram kecil seperti Gunawan SadBor, tetapi juga artis-artis terkenal seperti NM, WG dan sebagainya. Dari mereka akan ketahuan nama-nama situsnya," katanya.