Suara.com - Ketegangan politik di Israel memuncak setelah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu secara mengejutkan memecat Menteri Pertahanan Yoav Gallant, yang telah menjadi figur kunci dalam perang yang sedang berlangsung di Gaza. Pemecatan ini memicu gelombang protes besar-besaran di berbagai kota, dengan Tel Aviv menjadi pusat aksi demonstrasi yang terjadi pada Rabu (6/11/2024) pagi.
Di Tel Aviv, ribuan demonstran memenuhi jalan-jalan utama, memblokir lalu lintas dan menyalakan api sebagai bentuk penolakan terhadap keputusan Netanyahu. Polisi Israel merespons dengan menggunakan water cannon untuk membubarkan kerumunan, dalam upaya untuk mengendalikan situasi yang semakin memanas.
Aksi protes serupa juga dilaporkan terjadi di Yerusalem, Haifa, dan Caesarea, mencerminkan luasnya ketidakpuasan atas pemecatan Gallant, yang sebelumnya telah terlibat dalam perdebatan sengit dengan Netanyahu mengenai strategi militer Israel.
Gallant, yang telah lama disebut-sebut akan dipecat, sempat berseteru dengan Netanyahu mengenai penanganan perang di Gaza dan kebijakan terkait wajib militer untuk komunitas Yahudi ultra-Ortodoks. Ia juga dikenal memperjuangkan kesepakatan untuk pembebasan sandera yang ditahan oleh Hamas, namun sikapnya tersebut tidak sepenuhnya diterima oleh koalisi pemerintah.
Setelah dipecat, Gallant menyampaikan pernyataan yang emosional, menyebut Israel tengah berada dalam "kabut pertempuran" dan "kegelapan moral". Ia juga menyerukan diadakannya penyelidikan terkait kegagalan militer Israel pada 7 Oktober 2023, yang menandai serangan besar oleh Hamas yang mengakibatkan ratusan korban jiwa dan lebih dari 250 sandera.
Sementara itu, Netanyahu menjelaskan bahwa ia memecat Gallant karena adanya kesenjangan signifikan dan krisis kepercayaan yang muncul di antara keduanya selama konflik berlangsung. Netanyahu lebih memilih menggantikan Gallant dengan seorang loyalis lama yang dianggap lebih dapat dipercaya dalam menangani operasi militer.
Pemecatan Gallant ini menambah ketegangan di dalam negeri, di tengah perang yang terus berlanjut dengan Hamas.