Suara.com - Hanya dua hari sebelum pemilihan Presiden di Amerika Serikat, mantan Presiden Donald Trump menyampaikan pidato yang penuh kontroversi dan konspirasi. Dalam acara kampanye yang berlangsung di Lancaster, Pennsylvania, Trump menuding Partai Demokrat sebagai “setan” dan mengklaim bahwa hanya dengan kecurangan mereka dapat menang melawan dirinya dalam Pemilu 2024.
Dalam pidatonya yang sarat dengan kritik pedas, pria berusia 78 tahun ini tidak hanya meragukan integritas proses pemungutan suara tetapi juga tampak menyinggung soal kemungkinan kekerasan terhadap media.
“Untuk bisa menemuiku, mereka harus menembus berita palsu. Dan aku tidak keberatan dengan itu,” ujar Trump, merujuk pada media yang sering ia sebut sebagai penyebar “berita palsu.”
Pernyataan ini sontak menuai sorotan tajam, dan tim kampanye Trump segera mengeluarkan klarifikasi, menyatakan bahwa sang kandidat tidak bermaksud memicu kekerasan. Namun, ini bukan pertama kalinya dalam beberapa hari terakhir Trump menggunakan retorika yang berhubungan dengan ancaman kekerasan terhadap pihak-pihak yang ia anggap sebagai musuh.
Sebelumnya, ia sempat menyindir Liz Cheney, tokoh Partai Republik yang kritis terhadapnya, dengan menyatakan bahwa Cheney mungkin tidak akan mendukung perang jika dirinya berada di bawah ancaman.
Baca Juga: Pemilu AS 2024! Donald Trump Ungguli Kamala Harris di Negara Bagian Penentu
Kecurangan dan Tuduhan Terhadap Sistem Pemilu
Dalam pidatonya, Trump juga menyuarakan ketidakpercayaannya terhadap sistem pemilu, dengan tegas mengatakan bahwa ia hanya akan kalah dari Kamala Harris jika pemilu dicurangi.
“Ini negara yang korup,” ujar Trump dengan nada muram kepada para pendukungnya yang hadir di tengah suhu dingin di landasan bandara.
Ia mengklaim bahwa mereka yang menentang kecurangan malah justru diancam hukuman.
Pernyataan ini, yang kembali menghidupkan narasi “pemilu dicurangi” dari kampanye sebelumnya, menjadi sorotan kritis. Sejumlah analis menyebutkan bahwa tim Partai Republik telah menyiapkan berbagai strategi hukum yang bisa dipakai untuk menggugat hasil pemilu jika Trump kalah. Pengamat juga menunjukkan bahwa survei dari lembaga-lembaga pro-konservatif yang tampaknya menunjukkan Trump unggul, bisa jadi digunakan untuk mendukung klaimnya bahwa kemenangan dicuri darinya.
Baca Juga: Jelang Pilpres AS, Trump Dituntut Bayar Utang Kampanye Rp7 Miliar di Albuquerque
Komentar Trump yang menyinggung kemungkinan kekerasan terhadap media dianggap sebagai langkah provokatif yang berpotensi memicu ketegangan di tengah panasnya persaingan politik. Para pengamat media menyebut pernyataannya sebagai upaya melemahkan kepercayaan publik terhadap peran media dalam memberikan informasi objektif mengenai pemilu.
Pidato di Lancaster ini menjadi penegasan dari pendekatan Trump yang kerap kontroversial, di mana ia secara terbuka menyerang musuh politiknya dan mempertanyakan legitimasi pemilu. Dengan dua hari tersisa sebelum pemungutan suara, tensi semakin tinggi, dan langkah Trump tampaknya mengarah pada kemungkinan penolakan hasil pemilu jika ia mengalami kekalahan.