Suara.com - Pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk mencapai net zero emission maksimal pada tahun 2060.
Hal tersebut dilakukan sebagai salah satu upaya menjaga ketahanan energi dan mewujudkan ekonomi hijau di Indonesia.
Transisi energi juga menunjukkan komitmen Indonesia untuk memperluas akses terhadap teknologi yang terjangkau dan bersih guna mendorong pemulihan ekonomi yang berkelanjutan dan lebih hijau.
Komitmen tersebut tentu perlu sumbangsih dari sektor energi, salah satunya adalah dari PT PLN (Persero) yang sebagai lokomotif transisi energi siap mendukung penuh kebutuhan sektor bisnis dan industri terhadap pasokan listrik hijau melalui Green Energy as a Service (GEAS) dengan produk unggulannya yaitu Renewable Energy Certificate (REC).
Baca Juga: Retreat Kabinet di Magelang Lancar, PLN Sukses Amankan Listrik Secara Berlapis
REC merupakan salah satu inovasi produk hijau yang dimiliki PLN dalam mendorong penggunaan energi bersih di berbagai sektor sekaligus bentuk layanan PLN yang memudahkan pelanggan untuk mendapatkan pengakuan atas penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) yang transparan, akuntabel, dan diakui secara internasional.
Hingga September 2024, layanan listrik hijau REC PLN telah dinikmati ribuan pelanggan dengan total 9.776 transaksi yang penjualannya mencapai 4,01 juta Megawatt hours (MWh). Angka ini menunjukkan pertumbuhan signifikan dibanding periode yang sama di tahun 2023 yang mencapai 2.554 transaksi dengan penjualan sebesar 2,33 juta MWh.
Pertumbuhan ini mencerminkan komitmen kuat PLN dalam mendukung transisi energi hijau melalui peningkatan penggunaan sertifikat energi terbarukan di Indonesia.
Kolaborasi Penggunaan Energi Hijau
PLN juga terus berkolaborasi dalam penggunaan REC demi mewujudkan energi hijau, kerja sama tersebut telah dilakukan dengan berbagai lintas sektor, mulai dari pendidikan hingga fashion.
Baca Juga: PLN Garap Eco Tourism "Green Canyon" Pangandaran Jadi Destinasi Wisata Global
Di sektor pendidikan, Institut Teknologi (IT) PLN Jadi Kampus pertama di Jakarta yang menggunakan Energi Hijau dengan penggunaan REC dan kehadiran Stasiun Pengisian Kendaraaan Listrik Umum (SPKLU).
IT PLN tercatat menggunakan energi sebesar 915 Megawatt hour (MWh), yang artinya seluruh konsumsi listrik di kampus IT PLN menggunakan energi hijau yang dipasok dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Cirata.
Sementara di industri fashion, PLN menyediakan listrik hijau bagi perusahaan fashion PT Fast Retailing Indonesia (UNIQLO) sebesar 8.978 megawatt hours (MWh) melalui layanan REC.
Tidak hanya itu, PLN juga bekerja sama dengan lintas sektor lainnya dalam hal pengaplikasian energi hijau seperti memberikan 275 ribu unit REC atau setara 275 Megawatt hour listrik Energi Baru Terbarukan (EBT) untuk perusahaan pertambangan emas PT Agincourt Resources hingga bersama dengan Pemerintah Kabupaten Pangandaran mendukung destinasi wisata berkelanjutan melalui pengembangan eco tourism di Green Canyon Pangandaran.
Program ini merupakan bagian dari transformasi besar PLN untuk mewujudkan net zero emission pada tahun 2060 dan mendorong masyarakat untuk mengadopsi lifestyle yang lebih ramah lingkungan.
Pada program kolaborasi ini PLN bersama Pemerintah Kabupaten Pangandaran memberikan bantuan konversi mesin perahu konvensional ke mesin listrik sebanyak 12 unit, konversi kompor listrik bagi UMKM, pemasangan PLTS atap, pemanfaatan sisa pembakaran Fly Ash Bottom Ash (FABA) untuk paving dan cor di lokasi Dermaga Green Canyon. Kemudian, PLN juga menyediakan Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU) beserta battery pack untuk perahu mesin listrik, dan Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU).
Diharapkan eco tourism Green Canyon ini tidak hanya akan mendukung pengembangan pariwisata di wilayah Pangandaran, tetapi juga mendorong terciptanya lingkungan yang lebih hijau dan berkelanjutan.
Produk Energi Hijau PLN
Sebagai wujud komitmen dalam pengembangan energi hijau di tanah air, dengan memanfaatkan sumber energi terbarukan, PLN saat ini telah memiliki beberapa PLTP, PLTU hingga PLTGU yang sudah memproduksi energi ramah lingkungan.
Salah satunya adalah Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Kamojang di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, kini mampu memproduksi green hydrogen yang digadang gadang menjadi energi baru masa depan.
Pengembangan Green Hydrogen Plant (GHP) milik PT PLN (Persero) dilakukan oleh subholdingnya, PLN Indonesia Power (IP), dengan berbekal inovasi dan perkembangan teknologi, PLN IP mampu memanfaatkan air kondensasi dalam proses produksi listrik di PLTP Kamojang menjadi hidrogen hijau.
Selain menjadi base-load di sistem ketenagalistrikan Jawa-Bali yang bersumber dari energi bersih, PLTP Kamojang yang beroperasi sejak tahun 1982 ini memanfaatkan potensi alam berupa uap panas bumi terbaik di dunia untuk menghasilkan listrik bersih.
Terletak di Desa Laksana, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, PLTP Kamojang mampu menghasilkan daya listrik sebesar 140 Megawatt (MW), yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat.
Senior Manager UBP Kamojang, Ibnu Agus Santosa mengatakan bahwa langkah ini menandai komitmen PLN untuk terus mengembangkan energi baru terbarukan guna mendukung kelestarian lingkungan dan mencapai target NZE.
“Dengan adanya GHP di PLTP Kamojang ini kami berharap bisa menjadi inovasi yang terus berkembang dalam menghasilkan produk ramah lingkungan dan menjadi salah satu Beyond kWh dari PLN Group, From Green to Greener,” terang Ibnu kepada media di PLTP Kamojang, Rabu (4/9/2024).
PLN sendiri menegaskan komitmennya dalam mengakselerasi pengembangan hidrogen sebagai solusi keberlanjutan. Hidrogen merupakan salah satu sumber energi alternatif dalam mendukung transisi energi di Indonesia.
PLN juga terus mengembangkan energi alternatif ramah lingkungan, salah satunya melalui pengembangan hidrogen.
"PLN berkomitmen untuk menjadi katalisator dalam mencapai Net Zero Emissions (NZE) pada tahun 2060. Kami telah berhasil menghindarkan emisi sebesar 3,7 miliar ton CO2 melalui berbagai inovasi dan upaya transformasi. Ke depannya PLN akan terus melakukan pengembangan energi bersih di mana hidrogen menjadi salah satu alternatifnya," kata Darmawan.