Suara.com - Ketegangan global atau di wilayah Semenanjung Korea saat ini tengah memuncak, apalagi ketika Korea Utara dan Rusia resmi bergabung untuk membentuk sebuah kekuatan.
Bahkan, saat ini Korea Utara dan Rusia menyalahkan Amerika Serikat dan sekutunya sebagai akar penyebab meningkatnya ketegangan di Semenanjung Korea.
Hal tersebut disebabkan setelah informasi beredar kaitan salah satunya pengiriman pasukan Korea Utara ke Rusia.
"Kedua pihak menyatakan pemahaman bersama bahwa akar penyebab meningkatnya ketegangan di Semenanjung Korea, Asia Timur Laut, dan bagian dunia lainnya terletak pada provokasi AS dan negara-negara bawahannya," kata pernyataan pers yang dikutip dari Kantor Berita Pusat Korea (KCNA), Minggu (3/11/2024).
Baca Juga: Israel Bunuh 183 Jurnalis di Jalur Gaza
KCNA melaporkan Menteri Luar Negeri Korea Utara, Choe Son-hui dan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, menyampaikan pandangan serupa dan menegaskan komitmen mereka untuk melaksanakan perjanjian bilateral baru selama dialog strategis yang diadakan di Moskow pada Jumat (waktu setempat).
"Pertukaran pandangan mengenai isu-isu internasional utama mengonfirmasi bahwa kedua pihak sepakat dalam penilaian mereka terhadap situasi internasional saat ini," tambah KCNA.
Choe telah berada di Rusia sejak Senin (28/10). Kunjungannya berlangsung saat ketegangan meningkat dengan penempatan ribuan pasukan Korea Utara ke Rusia untuk digunakan dalam perang melawan Ukraina.
Kunjungan Choe bertepatan dengan peluncuran rudal balistik antarbenua (ICBM) Hwasong-19 oleh Korea Utara pada Kamis (31/8), peluncuran uji coba pertama yang terjadi hanya beberapa hari sebelum pemilihan presiden AS.
AS mengatakan sekitar 10.000 tentara Korea Utara berada di Rusia dengan 8.000 di antaranya dikirim ke garis depan dekat Ukraina dan diperkirakan akan segera bergabung dalam pertempuran.
Baca Juga: Operasi Rahasia Gagal? UNIFIL Bantah Bantu Israel Culik Kapten Laut di Beirut
Namun, tidak ada penyebutan mengenai pengiriman pasukan Korea Utara dalam pernyataan tersebut.
Korea Utara telah memperkuat hubungan dengan Rusia dengan mengklaim telah meningkatkan hubungan dengan perjanjian baru yang disertai ketentuan untuk berkomitmen memberikan bantuan militer terhadap satu sama lain jika terjadi serangan terhadap salah satu pihak.
Dalam dialog tersebut, Lavrov menyatakan dukungan penuh Rusia terhadap langkah-langkah yang diambil Korea Utara untuk menanggulangi kebijakan agresif AS dan sekutunya, menurut KCNA, yang tampaknya merujuk pada dukungan Rusia terhadap peluncuran ICBM terbaru Korea Utara.
Choe dan Lavrov juga melakukan diskusi mendalam mengenai isu-isu praktis untuk lebih meningkatkan hubungan mereka, termasuk melaksanakan kesepakatan dari perjanjian yang ditandatangani antara pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dan Presiden Rusia, Vladimir Putin, saat pertemuan puncak mereka pada Juni lalu. [Antara].