Suara.com - Dalam pekan-pekan terakhir menuju pemilihan presiden AS, perdebatan tentang karakter dan pandangan politik Donald Trump semakin memanas. Kamala Harris, pesaing utamanya dari Partai Demokrat, dengan tegas menyebut Trump sebagai seorang fasis dalam sebuah acara CNN di Pennsylvania.
Ketika ditanya apakah ia benar-benar menganggap Trump fasis, Harris menjawab tanpa ragu, “Ya, saya menganggapnya demikian.”
Pandangan Harris ini muncul seiring dengan semakin kerasnya retorika kampanye yang ia jalankan. Ia menyebut bahwa masyarakat Amerika bukan hanya peduli pada harga kebutuhan sehari-hari, tetapi juga pada kelangsungan demokrasi di tengah seorang presiden yang disebutnya memiliki kekaguman terhadap kediktatoran.
Tidak hanya Harris, beberapa mantan pejabat militer, termasuk Jenderal John F. Kelly, turut angkat bicara mengenai karakter otoritarian Trump. Dalam wawancara dengan The New York Times, Kelly menguraikan definisi fasisme dan mengungkapkan bahwa Trump, dengan pernyataan dan tindakan yang keras, telah menunjukkan kecenderungan otoritarian.
Baca Juga: Tokoh Muslim Michigan Mendadak Dukung Trump, Kecewa dengan Biden Soal Palestina?
"Dia jelas otoritarian dan mengagumi para diktator,” ujarnya.
Kampanye Trump yang direncanakan di Madison Square Garden akhir pekan ini juga menuai kontroversi. Beberapa pihak bahkan membandingkan acara tersebut dengan reli Nazi yang pernah diadakan di tempat yang sama pada tahun 1939.
Meski demikian, gaya Trump lebih cenderung merangkul simbol nasional seperti bendera AS daripada memperlihatkan kesan militeristik.
Pada sisi lain, Harris berupaya mengingatkan publik akan bahaya dari kepemimpinan yang ia sebut tidak stabil pada diri Trump. Ia menyoroti bahwa dalam periode kedua kepemimpinan Trump, tidak akan ada lagi sosok seperti Kelly atau Jenderal Mark Milley yang mampu menahan dorongan impulsifnya.
Dalam beberapa kesempatan, Trump secara terbuka mengkritik tokoh-tokoh militer, bahkan pernah menuduh Jenderal Milley melakukan tindakan pengkhianatan karena mencoba menenangkan situasi pasca-kerusuhan 6 Januari. Retorika Trump ini semakin mengkhawatirkan bagi para tokoh militer yang berkomitmen pada Konstitusi AS.
Baca Juga: Dukung Kamala Harris, Beyonce Suarakan Hak Reproduksi di Texas
Sementara suasana kampanye yang semakin panas, dukungan untuk Harris juga datang dari sejumlah tokoh publik, termasuk Michelle Obama yang menyoroti tanda-tanda penurunan mental pada Trump. Obama menyebut bahwa tindakan Trump yang sering menyerang pihak oposisi menunjukkan penurunan yang jelas.
Sementara itu, Tucker Carlson, presenter terkenal yang mendukung Trump, memberikan penghangat untuk para pendukung MAGA di Georgia, dengan menyebut Harris secara vulgar dan seksis di hadapan ribuan massa. Hal ini seolah mempertegas ketegangan antara kubu Trump dan Harris yang semakin memanas menjelang pemungutan suara pada 5 November.