Suara.com - Setidaknya sepuluh petugas kepolisian tewas dalam serangan teroris yang terjadi di provinsi Sistan-Baluchistan, Iran, yang terkenal dengan ketidakstabilan dan konflik yang berkepanjangan.
Insiden tragis ini dilaporkan terjadi pada hari Sabtu di wilayah Taftan, di mana polisi diserang saat berada dalam kendaraan patroli.
Media lokal, termasuk Mehr dan Tasnim, melaporkan bahwa serangan ini belum diambil tanggung jawab oleh kelompok mana pun. Serangan itu berlangsung sekitar 1.200 kilometer sebelah tenggara dari ibu kota Tehran, menciptakan ketegangan dan kekhawatiran di daerah yang sudah lama mengalami kekerasan.
Menurut pernyataan resmi dari kantor berita IRNA, serangan ini dianggap sebagai sebuah penyergapan yang menargetkan dua unit patroli polisi.
Baca Juga: Bela Israel, Amerika Serikat Minta Benjamin Netanyahu dan Iran Berhenti Saling Serang
Kejadian ini menambah daftar panjang kekerasan di Sistan-Baluchistan, yang berbatasan langsung dengan Pakistan dan Afghanistan, serta merupakan salah satu provinsi paling miskin di Iran.
Wilayah ini dihuni oleh banyak anggota etnis Baluch, yang mayoritas memeluk agama Sunni, berbeda dengan populasi Iran yang sebagian besar beragama Syiah. Ketegangan antara pasukan keamanan Iran dan kelompok pemberontak Baluch, serta grup Sunni radikal dan pengedar narkoba, sudah menjadi hal yang biasa di daerah ini.
Serangan pada hari Sabtu merupakan salah satu yang paling mematikan dalam beberapa bulan terakhir. Sebelumnya, pada awal bulan Oktober, setidaknya enam orang, termasuk petugas kepolisian, juga tewas dalam dua serangan terpisah.
Kelompok ekstremis Sunni yang berbasis di Pakistan, Jaish al-Adl, mengklaim bertanggung jawab atas dua serangan tersebut melalui pesan yang disebarkan di Telegram.
Iran dan Pakistan secara berkala saling menuduh satu sama lain karena membiarkan kelompok pemberontak beroperasi dan meluncurkan serangan dari wilayah masing-masing.
Baca Juga: AS Tegaskan Tidak Terlibat dalam Serangan Israel ke Iran