Suara.com - Dalam sebuah pernyataan tegas yang menggema di pulau Kinmen, Presiden Taiwan Lai Ching-te menegaskan bahwa Taiwan tidak akan menyerahkan sejengkal pun dari wilayahnya, menyusul peningkatan tekanan militer dari China yang mendesak Taipei untuk menerima klaim kedaulatannya. Pernyataan ini disampaikan saat Lai menghadiri perayaan 75 tahun kemenangan atas pasukan komunis dalam Pertempuran Guningtou.
Lai mengungkapkan komitmen Taiwan untuk mempertahankan kedaulatan nasional.
“Kami tidak akan menyerahkan satu inci pun dari tanah kami di Taiwan, Penghu, Kinmen, dan Matsu. Kami akan dengan tegas membela tanah air kami," katanya.
Dalam pidatonya, ia juga menekankan pentingnya demokrasi dan kebebasan yang tidak boleh dianggap remeh, melainkan memerlukan usaha bersama dari generasi ke generasi untuk mempertahankannya.
Baca Juga: Segini Gaji dan Tunjangan Bahlil yang Tampil Ikonik dengan Baju Tentara
Tanpa menyebut China secara langsung, Lai menegaskan bahwa kekuatan eksternal tidak akan diizinkan untuk mengubah masa depan pulau-pulau tersebut.
Hal ini merupakan respons terhadap upaya Beijing yang terus-menerus untuk menegaskan klaim atas Taiwan, meskipun pulau ini tidak pernah berada di bawah pemerintahan Partai Komunis China.
Sejak Perang Saudara yang berakhir pada 1949, ketika pasukan nasionalis Chiang Kai-shek melarikan diri ke Taiwan setelah kalah dari pasukan komunis Mao Zedong, ketegangan antara Beijing dan Taipei terus berlanjut.
Dalam momen yang penuh khidmat, Lai juga menghadiri upacara untuk menghormati para veteran yang berjuang dalam Pertempuran Guningtou. Ia menegaskan kembali tekad Taiwan untuk mempertahankan kedaulatannya dan berupaya menjaga perdamaian serta stabilitas di Selat Taiwan.
“Kami berharap agar China dan Taiwan dapat melakukan dialog dan pertukaran dengan kesetaraan, martabat, serta cara yang sehat dan teratur,” imbuhnya.
Baca Juga: Erick Thohir Akui Sudah Bertemu Shin Tae-yong, Evaluasi Hasil Timnas Indonesia vs Bahrain dan China
Tekanan militer China terhadap Taiwan semakin meningkat, dengan latihan militer yang intensif di Selat Taiwan selama dua minggu terakhir. Pada 14 Oktober, China melaksanakan latihan perang skala besar di sekitar Taiwan, diikuti dengan latihan tembak langsung di dekat pulau tersebut beberapa hari kemudian. Taiwan juga menunjukkan kekuatan militernya dengan melakukan latihan tembak langsung di Pulau Penghu.
Dalam konteks ini, ketegangan antara kedua pihak menunjukkan bahwa isu kedaulatan Taiwan tetap menjadi salah satu titik panas di kawasan Asia Timur, dengan dampak yang signifikan terhadap stabilitas regional.