Eks Petinggi PDIP Sebut Jokowi Politisi Naturalisasi: Bukan Kader Banteng Tulen

Wakos Reza Gautama Suara.Com
Rabu, 23 Oktober 2024 | 20:30 WIB
Eks Petinggi PDIP Sebut Jokowi Politisi Naturalisasi: Bukan Kader Banteng Tulen
Jokowi disebut politisasi naturalisasi di PDIP. [YouTube PDI Perjuangan]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Mantan kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Laksamana Sukardi menyebut Jokowi bukanlah kader murni partai besutan Megawati Soekarnoputri. 

Menurut dia, Jokowi sebenarnya adalah politisi naturalisasi di PDIP.  Ini terjadi karena adanya sindrom kepemimpinan narsis yang diidap Megawati. 

"Dalam ilmu sosiologi ada terminologi narsistik leadership syndrome. Itu merasa dirinya paling penting dan tidak mau menerima kalau ada orang lain melebihi. kalau perlu dibunuh," ujar Laksamana Sukardi dikutip dari Yotube Total Politik.

Dalam pandangannya, partai politik yang pimpinannya terkena narsistik leadership syndrome tidak akan bisa maju sebab tidak bisa menghasilkan kader berkualitas. 

Baca Juga: Refleksi Kepemimpinan Jokowi: 10 Tahun Membangun Negeri

"Partai politik diamanati konstitusi memilih pemimpin, tapi kalau ketuanya narsistik leadership syndrome, dia tidak akan mampu menghasilkan kader-kader yang bisa melebihi popularitasnya, akhirnya apa? Naturalisasi kaya PSSI. Jokowi naturalisasi di PDIP," beber mantan Menteri Negara BUMN ini. 

"Emang naturalisasi pak, bukan kader dari bawah?" tanya Didiet Budi Adiputro, host Total Politik.

"Nggaklah. Saya waktu di PDIP ga ada Jokowi," jawab Laksamana Sukardi mantap.

Jokowi kata Sukardi, mulai populer ketika menjadi Wali Kota Solo. Menurut dia, Jokowi pintar dalam mengambil hati rakyat.

Menurutnya, Jokowi mendekati rakyat dan bersalaman yang mana hal ini belum pernah dilakukan pemimpin-pemimpin sebelumnya.  

Baca Juga: Mengapresiasi Pencapaian Jokowi, Membangun Harapan untuk Prabowo Subianto, Merdeka!

Hal itu kata Laksamana Sukardi, menggugah hati rakyat hingga menganggap Jokowi adalah bagian dari mereka.  

"Dan PDIP menang itu karena waktu mengusung Jokowi. Waktu Mega maju, kalah kan. Karena narsistik leadership syndrome, ketika Jokowi ingin melebihi nggak boleh, maka keluar istilah petugas partai," ungkap Laksamana Sukardi.

Jokowi sendiri baru bergabung ke PDIP di tahun 2004. Ia menjadi salah satu pengurus DPC PDIP Brengosan Purwosari, Solo. Saat itulah, Jokowi berkenalan dengan FX Hadi Rudyatmo. 

Di tahun 2005, Jokowi dan Rudyatmo maju sebagai pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Solo didukung PDIP dan PKB. Pada Pilkada itu, Jokowi-Rudi berhasil menang. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI