Suara.com - Presiden Prabowo Subianto resmi menunjuk politikus Partai Gerindra, Maruarar Sirait, sebagai Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman dalam kabinet barunya.
Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman merupakan hasil pemecahan dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang sebelumnya berada di bawah pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Ini menjadi kali pertama bagi Maruarar Sirait menduduki jabatan menteri dalam pemerintahan, meskipun nama pria kelahiran Medan pada 23 Desember 1969 ini pernah santer dikabarkan bakal menjadi menteri pada periode pertama pemerintahan Jokowi tahun 2014-2019, namun kabar tersebut buyar lantar ia tak jadi dilantik.
Kehadiran Maruarar Sirait sebagai Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman diharapkan mampu membawa perubahan signifikan, mengingat pengalamannya yang luas di dunia politik. Langkah ini juga memperkuat posisi Partai Gerindra di kabinet baru Prabowo Subianto, yang siap menghadapi tantangan besar di sektor perumahan dan permukiman nasional.
Lantas, seberapa kaya Maruarar Sirait?
Politisi senior Maruarar Sirait melaporkan total harta kekayaannya sebesar Rp 85,8 miliar melalui Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada 29 April 2020.
Laporan tersebut merupakan bagian dari pelaporan periodik untuk tahun 2019, di mana harta kekayaan Maruarar terdiri dari berbagai aset properti dan kendaraan mewah.
Dari total kekayaannya, sebesar Rp 74,4 miliar berasal dari 31 bidang tanah dan bangunan yang tersebar di berbagai daerah, termasuk Jakarta Utara, Tangerang, Tangerang Selatan, Bandung, Subang, Bogor, Humbang Hasundutan, hingga Samosir. Sebagian besar aset tanah dan bangunan ini diperoleh dari hasil usaha sendiri, hibah tanpa akta, dan warisan.
Selain properti, Maruarar Sirait juga memiliki sejumlah kendaraan mewah. Tercatat, ada tiga mobil di antaranya yaitu Fotton Ambulance tahun 2012 senilai Rp 94,5 juta, Toyota Alphard tahun 2017 senilai Rp 713,7 juta, dan Toyota Fortuner tahun 2017 senilai Rp 344 juta. Semua kendaraan tersebut diperoleh dari hasil usaha pribadi.
Harta kekayaan Maruarar juga mencakup harta bergerak lainnya senilai Rp 7,4 miliar, surat berharga sebesar Rp 11 miliar, dan kas serta setara kas yang mencapai Rp 19,9 miliar.
Meski demikian, Maruarar tercatat memiliki utang sebesar Rp 33,7 miliar, yang turut diperhitungkan dalam total kekayaannya yang mencapai Rp 85,8 miliar.
Profil Maruarar Sirait
Maruarar Sirait berasal dari Medan yang lahir pada 23 Desember 1969. Dia adalah putra dari Sabam Sirait, yang juga dikenal sebagai tokoh politik nasional. Dengan latar belakang akademis di bidang Ilmu Politik dari Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, Maruarar telah membangun karir politik yang panjang dan berpengaruh di tanah air.
Aktif dalam dunia organisasi sejak masa kuliah, Maruarar Sirait pernah terlibat dalam Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) cabang Bandung dan Resimen Mahasiswa Unpar.
Pengalaman ini memberikan dasar yang kuat bagi perjalanan politiknya, di mana ia bergabung dengan PDI Perjuangan pada tahun 1999. Sejak itu, Maruarar telah terpilih menjadi anggota DPR RI selama empat periode, yakni pada 1999-2004, 2004-2009, 2009-2014, dan 2014-2019.
Dalam perjalanannya di kancah politik, Maruarar Sirait dikenal sebagai sosok yang tegas, kritis, dan berprinsip. Salah satu isu penting yang ia hadapi adalah ketika harga BBM dinaikkan pada April 2012. Maruarar menyuarakan solusi yang tidak memberatkan masyarakat ekonomi bawah, sambil tetap mendukung kebijakan partainya.
Pada 2023, Maruarar Sirait mendapatkan kepercayaan besar dengan ditunjuk sebagai Ketua Satgas Anti Mafia Sepak Bola oleh Menteri BUMN, Erick Thohir. Tugas ini merupakan langkah penting dalam upaya memberantas pengaturan skor dan mafia sepak bola di Indonesia. Pengalaman Maruarar dalam dunia olahraga pun tak bisa dianggap remeh, karena ia pernah menjabat sebagai Ketua Steering Committee Piala Presiden selama empat tahun, dari 2015 hingga 2019.
Selain berkarir di politik, Maruarar Sirait juga terlibat di dunia bisnis. Ia menjabat sebagai Komisaris Utama PT Potenza Sinergi dan pernah menduduki posisi sebagai Manajer Koperasi Keluarga Besar Mahasiswa (KKBM) di Unpar Bandung.
Tinggalkan PDIP hingga Ikut Jokowi
Maruarar Sirait secara mengejutkan memutuskan hengkang dari PDI Perjuangan setelah hampir 20 tahun berkiprah di partai tersebut. Keputusan ini diambil jelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Dia pamit dari PDI-P setelah mengunjungi kantor DPP partai di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, pada Senin malam, 15 Januari 2024.
Eks Ketua Taruna Merah Putih, organisasi sayap PDI-P, menyampaikan terima kasih kepada Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri dan Sekretaris Jenderal Hasto Kristiyanto atas dukungan selama bertahun-tahun. Maruarar menyatakan bahwa keputusannya untuk pamit sudah melalui pertimbangan matang dan diskusi dengan orang-orang terdekat.
Langkah Maruarar untuk meninggalkan PDI-P disebut-sebut mengikuti arah politik Presiden Joko Widodo (Jokowi), meskipun ia tidak merinci lebih lanjut apakah keputusan tersebut terkait dukungan terhadap pasangan calon presiden tertentu.
Pada akhirnya, Maruarar menyatakan dukungannya kepada pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, yang diusung oleh Partai Gerindra dalam Pilpres 2024.
Tak lama setelah pamit dari PDI-P, Maruarar Sirait mengumumkan bahwa dirinya resmi bergabung dengan Partai Gerindra pada awal April 2024. Keputusannya ini menambah dinamika politik menjelang Pilpres, terutama karena PDI-P telah mengusung pasangan Ganjar Pranowo dan Mahfud MD sebagai calon presiden dan wakil presiden.