Tangis Hasto Di Sidang Promosi Doktor: Megawati Dan Jokowi Tak Bisa Dibandingkan, Nilainya Berbeda

Sabtu, 19 Oktober 2024 | 12:45 WIB
Tangis Hasto Di Sidang Promosi Doktor: Megawati Dan Jokowi Tak Bisa Dibandingkan, Nilainya Berbeda
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto usai sidang promosi doktor di Universitas Indonesia. (Suara.com/Bagaskara)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP Hasto Kristiyanto dengan tegas menyatakan, bahwa karakter Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri tak bisa dibandingkan dengan Presiden Joko Widodo atau Jokowi.

Hal ini disampaikan Hasto Kristiyanto menjawab salah satu penguji, A. Hanief Saha Ghofur saat sidang promosi doktor di Universitas Indonesia pada Jumat (18/10/2024).

"Dari disertasi ketahanan partai yang menjadi kunci utama itu adalah kepemimpinan. Alhamdulillah saya melihat ketegasan kepemimpinan di PDIP memang kuat tegas. Tapi bagaimana PDIP menjaga ketahanan partai dari ancaman konflik yang distruktif ke masa depan. Khususnya konflik terkini konflik PDIP dengan Presiden Joko Widodo?" tanya Hanief ke Hasto dalam sidang disambut tepuk tangan hadirin.

Dengan suara terdengar bergetar, Hasto mengawali jawabannya dengan menyatakan antara Megawati dengan Jokowi tidak bisa dibandingan, karena memiliki nilai yang berbeda.

Baca Juga: Momen Hasto Sebut-sebut Pinokio Jawa Di Sidang Promosi Doktor UI

"Antara PDI Perjuangan dan Bu Mega dan Pak Jokowi dari penelitian ini sebenarnya tidak bisa dibandingkan. Karena nilainya berbeda. Yang satu berjuang untuk Indonesia Raya yang sejati-jatinya. Yang satu memenuhi karakter the triangle of authoritarian," kata Hasto.

Hasto lantas menyinggung bahwa Presiden Jokowi memiliki sifat-sifat yang disinggung oleh filsuf Nicolo Machiavelli.

"Sebagai contoh the way of Machiavelliansm, ada tiga aspek yang diajarkan oleh Machiavelli. Yang pertama, jadilah orang munafik dan membohongi yang hebat. Yang kedua mencapai hal-hal yang besar dengan menipu," beber Hasto.

"Ini ada teorinya. Yang ketiga, tidak pernah kekurangan alasan yang sah untuk mengingkari janji-janjinya," sambung Hasto yang kemudian disambut tepuk tangan hadirin.

Hasto kemudian menjelaskan, kepemimpinan Megawati Soekarnoputri bahwa dalam berpolitik tujuannya adalah selalu untuk Indonesia Raya sejati-jatinya.

Baca Juga: Baliho "Terima Kasih Jokowi" Bertebaran Tanpa Ma'ruf Amin, Ada Apa?

"Bu Mega selalu menanamkan kepada kami bahwa beliau masuk politik itu dengan berjanji kepada Bung Karno. Untuk, agar Indonesia raya sejati-jatinya itu bisa menjadi diwujudkan melalui perjuangan melalui perjuangan para pendiri bangsa kita," terang dia.

"Maka ideologi inilah yang memberikan kontribusi terbesar bagi ketahanan partai sehingga dengan cara ini kami bisa menjawab secara kuantitatif dan kualitatif terhadap pertanyaan Ibu Megawati Soekarnopurti, yang menjadi landasan penelitian ini, bahwa PDI Perjuangan akan bisa bertahan, sepanjang bangsa ini ada karena kepemimpinan dan ideologi melalui pelembagaan partai," sambung Hasto.

Diketahui Hasto Kristiyanto dinyatakan lulus dalam sidang doktoral UI. Ia dinyatakan lulus dengan status cum laude dengan IPK 3,93.

Dalam sidang doktoral Hasto ini, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri hadir langsung. Sejumlah elite PDIP, tokoh-tokoh hingga Rocky Gerung juga turut hadir.

Klaim Bukan Cari Gelar

Diketahui, ini adalah gelar kedua yang diraih Hasto Kristiyanto. Sebelumnya dia sudah memperoleh gelar Doktor dari Universitas Pertahanan (Unhan). Hasto sendiri mengklaim tak berniat mencari gelar doktor lewat program doktoral di Universitas Indonesia.

"Saya mengambil doktor kedua di UNI bukan untuk mencari gelar," kata Hasto.

Mengutip Bung Karno, Hasto mengatakan bahwa ilmu pengetahuan harus berguna bagi kemanusiaan. Dia mengaku semata-mata hanya ingin menghormati bahwa Indonesia dibangun tradisi intelektual para pendirinya.

Dia menjelaskan, disertasi pertamanya di Unhan ia rumuskan dari sejarah dialektika Soekarno terhadap Nusantara. Terutama peran Indonesia dalam membangun sejarah perdamaian dunia.

"Tradisi intelektual Soekarno yang kami rumuskan dalam disertasi pertama muncul dari dialektika terhadap sejarah Nusantara. Bagaimana kemerdekaan Indonesia untuk membangun persaudaraan dunia," ujar Hasto.

Yudhi
polikus..apapun dilakukan demi partai bahkan jg disertasi yg dibuatnya demi utk partai..mana dunia pendidikan dan mana politik praktis dia sdh gk bisa bedakan.. lucu aja sih dgn predikat cumlaude
1 komentar disini >

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI