Suara.com - Mantan Komisioner Komnas HAM, Natalius Pigai, termasuk salah satu tokoh yang dipanggil Presiden Terpilih Prabowo Subianto, pada Senin (14/10/2024).
Pemanggilan Natalius Pigai ini disebut terkait dengan tugas sebagai calon menteri yang akan diamanatkan ke dirinya oleh Prabowo Subianto.
Setelah bertemu Menteri Pertahanan itu, Pigai masih enggan membeberkan jabatan yang didapatnya di kabinet Prabowo-Gibran.
"Saya tidak punya kewenangan untuk bicara itu," kata dia ketika ditanya soal posisi dirinya di kabinet Prabowo-Gibran.
Menurut Pigai, dirinya membahas masalah kebangsaan saat bertemu Prabowo. Putra Papua ini dirumorkan bakal dipercaya menjadi Menteri Hak Asasi Manusia (HAM) oleh Prabowo.
Ini mengingat latar belakang Natalius Pigai yang pernah menjadi Komisioner Komnas HAM. Namun semua itu baru terjawab ketika Prabowo mengumumkan kabinetnya nanti setelah pelantikan.
Profil Natalius Pigai
Natalius Pigai lahir dan dibesarkan di daerah Paniai, Papua Tengah. Ia meraih gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan di Sekolah Tinggi Pemerintah Masyarakat Desa di Yogyakarta.
Pada tahun 2003, dikutip dari ANTARA, Pigai mengikuti pendidikan statistika di Universitas Indonesia. Ia lalu melanjutkan pendidikan peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada tahun 2005 dan menyelesaikan pendidikan kepemimpinan di Lembaga Administrasi Negara periode 2010 hingga 2011.
Baca Juga: 5 Potret Ni Luh Puspa, Jurnalis yang Digadang-gadang Jadi Calon Wakil Menteri
Pada tahun 1999, Natalius Pigai pernah menjadi staf khusus Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Ir Alhilal Hamdi dan Yacob Nuwa Wea) sampai tahun 2004.
Dia juga pernah menjabat sebagai Konsultan Deputi Pengawasan BRR Aceh-Nias dan tim asistensi di Direktorat Jenderal Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri di bawah Prof. Dr. Djohermansyah Johan tahun 2010 hingga 2012.
Natalius Pigai diketahui sangat aktif di berbagai lembaga swadaya masyarakat, di antaranya Yayasan Sejati yang fokus pada hak-hak kelompok terpinggir di Papua, Dayak, Sasak, dan Aceh antara tahun 1999 hingga 2002.
Dia juga pernah menjadi staf peneliti di Graha Budaya Indonesia-Jepang (1998-2001) dan staf Yayasan Cindelaras yang berkomitmen dalam pengembangan kearifan lokal serta perjuangan hak-hak petani.
Namanya mulai populer ketika menjadi Komisioner Komnas HAM periode 2012-2017. Ia sering memperjuangkan hak-hak masyarakat Papua.