Suara.com - Posisi menjadi seorang Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertahanan Nasional (ATR/BPN), bukanlah perjalanan yang instan bagi Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Jauh sebelum menjadi Menteri, dirinya sudah mengabdi di dunia politik sejak Tahun 2017. Bukan perjalanan yang mudah, AHY mengaku jika di awal dirinya berkarier di dunia politik justru banyak yang ingin meruntuhkan mentalnya.
Menjadi perwira muda yang berani masuk ke dunia politik sungguh membutuhkan mental sekuat baja. Pasalnya, mereka akan menjadi pesaing baru bagi senior-senior yang sudah mendahului.
“Awal-awal saya masuk politik itu kan di usia memang relatif muda dalam ukuran perwira TNI,” Cerita AHY, dikutip dari Youtube Merry Riana, Kamis (17/10/24).
Baca Juga: Kontroversi Anggito Abimanyu, Mundur dari UGM Karena Kasus, Kini Dapat Jabatan Wamen dari Prabowo
“Biasanya menunggu pensiun usia 58 baru bergabung ke politik. Ketika itu saya berusia 37 tahun pangkatnya mayor, jadi bukan jendral tentunya,” tambahnya.
Seperti cerita AHY, bahwa di awal pengabdiannya masuk ke dunia politik, ia justru disepelekan lantaran hanya seorang mayor hingga tentara ingusan.
“Walaupun sudah mengabdi sekitar 16 tahun di TNI, tapi banyak yang skeptis, juga ingin meruntuhkan,” akunya.
“Dalam politik kan banyak yang mendegradasi mental ‘apa? Cuma mayor’, ‘terlalu muda’, ‘tentara ingusan’, banyak label yang cukup menyakitkan sebetulnya ketika itu, apalagi diusia yang masih relatif muda,” tambahnya.
AHY mengaku bahwa kata-kata yang menjatuhkan mentalnya saat itu cukup menyakitkan. Padahal menurutnya dalam berdemokrasi tidaklah hanya dilihat dari sebuah pangkat maupun gelar saja.
Baca Juga: Profil Arrmanatha Christiawan Nasir: Diplomat Ulung yang Dilirik Prabowo untuk Posisi Strategis
“Padahal dalam demokrasi itu sebenarnya tidak selalu dilihat darimana dia berasal, tapi juga apa yang dia tawarkan,” ucapnya.
“Di negara-negara maju juga tidak semua jadi jendral dulu baru masuk politik, sejumlah pemimpin bahkan kepala negara itu jauh dari jendral, ada dipangkat mayor, ada di pangkat Lettu bahkan,” urainya.
Kejadian itu juga sempat membuat sang ibu, Almarhumah Ani Yudhoyono merasa resah, lantaran putranya direndahkan.
Almarhumah Ani lah yang bersiteguh dan menuntut putra-putranya untuk memperbaiki akademiknya dengan menuntut ilmu hingga menyandang gelar tertinggi, yaitu S3.
“Tetapi saya tidak patah, namun ibu yang berfikir ‘kok anakku begitu, dianggap tidak punya kapasitas’. Sehingga cara mensubsitusi pangkat di militer adalah dengan gelar akademik yang baik,” ungkap AHY.
Seperti diketahui, AHY baru saja menyandang gelar doktor dalam bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia dengan predikat cumlaude dari Universitas Airlangga (Unair).
Menurut AHY, menuntut ilmu tidak dibatasi dengan usia dan bisa dilakukan kapan saja. Meskipun ditengah kesibukannya sebagai Menteri, namun niat dan tekadnya kuat untuk meraih gelar tersebut.
“Saya merasa selalu ada waktu untuk kita menambah ilmu, dan saya meyakini sebetulnya untuk mencari ilmu itu tidak ada batas waktu, tidak ada mengenal ketuaan atau terlalu sibuk,” ucapnya.
“Kalau sibuk pasti semuanya sibuk, termasuk saya saat ini memimpin Kementerian, kemudian juga memimpin partai dan juga kegiatan lainnya. Tapi selalu ada jika diniatkan dengan baik,” tambahnya.