Sementara itu, laba bersih Perum Bulog periode Januari-Juni 2024 tercatat telah mencapai Rp808 miliar atau naik 78 persen dibandingkan tahun lalu pada periode yang sama. Adapun laba bersih Perum Bulog sepanjang tahun 2023 mencapai Rp820,19 miliar atau tumbuh 146,17 persen dibandingkan laba bersih tahun 2022 sebesar Rp333,18 miliar dan Rp256,80 di tahun 2021.

Kunci Kesuksesan Transformasi
Wakil Rektor Universitas Insan Cita Indonesia Lely Pelitasari Soebekty mengapresiasi wajah baru Bulog saat ini yang sukses menghasilkan beras berkualitas dengan harga murah dan mampu menjalankan peran dengan baik dalam menjaga stabilitas harga beras. Menurut akademisi lulusan S2 Perencanaan dan Kebijakan Publik Institut Pertanian Bogor ini, transformasi Bulog sesungguhnya sudah dimulai sejak 2003 saat Bulog awalnya sebagai lembaga pemerintah berubah menjadi Perum Bulog di bawah naungan Kementerian BUMN. Lely yang pernah berkarier di Bulog sejak 1996 sampai 2015 ini melihat transformasi besar-besaran mulai terjadi di tubuh Bulog selama setahun terakhir.
"Dihitung saja dari 2003 berarti 21 tahun. Butuh 21 tahun untuk membuktikan bahwa Bulog kita bisa menghasilkan beras bagus. Nah, saya melihat sembilan bulan kepemimpinan kemarin bisa membuat spirit (transformasi)" ujar Lely.
Mantan Direktur Pelayanan Publik Perum Bulog tahun 2015 ini menilai, ada dua kunci utama yang menyebabkan proses transformasi dalam sebuah perusahaan bisa berjalan dengan cepat. Kunci utama yang sangat dominan adalah komitmen dari pimpinan perusahaan. Seorang pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan kuat dan mampu memaksimalkan aset serta sumber daya perusahaan dengan maksimal bisa mendorong transformasi lebih cepat.
"Figur pimpinan puncak itu sangat menentukan, karena berbeda pemimpin mungkin berbeda bahasa dan kepemimpinannya," kata Lely.
Poin kedua yang menjadi fokus transformasi adalah peningkatan kapasitas pegawai dari dalam perusahaan. Mantan Wakil Ketua Ombudsman RI periode 2016-2021 ini menilai, target transformasi yang tinggi tidak akan pernah bisa dicapai jika tidak ada upaya meningkatkan kemampuan pegawai. Oleh karena itu, perusahaan juga wajib memikirkan capacity building pegawai agar pegawai yang menjalankan sistem baru lebih siap dan mampu bekerja secara maksimal.
"Kalau kita ingin membuat bisnis proses dan sistem sebagus apapun, sementara pegawainya nggak ditingkatkan kapasitasnya, di-upgrade gitu ya, itu sulit," ungkap Lely.
Terkait beras SPHP, Lely meminta agar Bulog memperkuat branding beras SPHP sebagai beras berkualitas yang dikeluarkan oleh Bulog. Hal ini dikarenakan temuan di lapangan masih banyak masyarakat menganggap beras SPHP bukan keluaran Bulog karena memiliki kualitas yang baik. Ia berharap beras SPHP ke depan bisa menjadi pilihan beras nomor satu atau top of mind masyarakat luas.
"Kalau dulu karung Bulog yang ada logo matahari itu sudah membekas, tiap lihat karung itu orang sudah tahu 'Oh itu dari Bulog'. Nah, kalau SPHP mungkin bisa (di-branding seperti itu)" ungkap Lely.
*Karya jurnalistik ini diproduksi dalam rangka proyek fellowship Perum Bulog.