"Jadi Gus kalau mau jadi Menteri Agama juga harus kaya dulu dong?" Tanya Atta.
"Harus. Jangan sampai kemudian gara-gara kepentingan saya individu ini masih dominan, sehingga saya tidak amanah," jawab Gus Miftah.
Alasan terbesar soal finansial yang belum stabil dan berlimpah, membuat seorang Gus MIftah memilih untuk mundur sebagai Menteri.
"Mangkanya saya sadar diri, percaya diri itu penting, tapi sadar diri jauh lebih penting," ujarnya.
"Kita bisa hitung, contoh Menteri itu gajinya Rp 18 Juta, apalagi Menteri Agama. Kapasitas Menteri Agama yang lahir dari NU umpamanya, sowan-sowan kyai nggak salam tempel, bukan kok kyai minta salam tempel, tapi kita kan butuh hormat sama kyai, tabarukan, pantes-pantesnya ngasih hadiah dan semacamnya, nah saya belum mampu untuk itu," tandasnya.
Gus Miftah merasa bahwa kini finansialnya masih belum begitu stabil. Sehingga sampai saat ini dirinya masih enggan jika ditawari menjadi menteri.
"Saya belum mampu untuk itu kalau kemudian rekening saya belum stabil," akunya.
"Jadi saya ditanya orang, 'Gus mau jadi menteri?', kalau sampai saat ini saya nggak kepikiran," tambahnya.
Gus MIftah mengatakan bahwa tugasnya kini justru memastikan program Presiden Terpilih, Prabowo Subianto agar berjalan semestinya, tanpa harus ada embel-embel dirinya sebagai seorang menteri.
Baca Juga: Budi Arie Sebut Tak Ada Kader PDIP Di Acara Pembekalan Calon Menteri: Cuma Budi Gunawan
"Hari ini tugas saya justru memastikan programnya Pak Prabowo betul-betul berjalan dengan baik, soal masalah posisi dimana itu nggak penting," tandasnya.