Suara.com - Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan keprihatinan mendalam pada Senin (13/10) setelah beberapa posisi pasukan perdamaian PBB di Lebanon selatan ditembaki di tengah bentrokan antara militer Israel dan kelompok militan Hezbollah yang didukung Iran.
Dalam pernyataan yang diadopsi dengan suara bulat, 15 anggota dewan mendesak semua pihak untuk menjaga keselamatan dan keamanan personel serta fasilitas misi perdamaian PBB, yang dikenal sebagai UNIFIL.
“Pasukan perdamaian PBB dan fasilitas PBB tidak boleh menjadi sasaran serangan apa pun,” demikian pernyataan Dewan Keamanan, menegaskan kembali dukungan mereka terhadap UNIFIL dan pentingnya operasi tersebut dalam menjaga stabilitas regional.
Mereka juga menyerukan penerapan penuh resolusi 1701, yang diadopsi pada 2006 untuk menjaga perdamaian di perbatasan Lebanon-Israel.
Sejak operasi darat Israel di Lebanon dimulai pada 1 Oktober, posisi UNIFIL telah terdampak 20 kali, termasuk oleh tembakan langsung. Pada Minggu lalu, dua tank Israel bahkan menerobos gerbang pangkalan UNIFIL. Akibatnya, lima pasukan perdamaian terluka, termasuk satu yang tertembak peluru.
Permintaan Israel agar Pasukan PBB Mundur
Dalam beberapa minggu terakhir, Israel telah meminta pasukan UNIFIL untuk mundur sejauh 5 kilometer dari Garis Biru—garis pemisah yang dipetakan PBB antara Lebanon dan Israel—demi keselamatan mereka.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bahkan meminta Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres untuk menarik pasukan perdamaian tersebut.
Namun, Kepala Pasukan Perdamaian PBB, Jean-Pierre Lacroix, menegaskan bahwa pasukan UNIFIL tidak akan mundur.
Setelah memberikan penjelasan kepada Dewan Keamanan, Lacroix mengatakan bahwa pihaknya terus memantau situasi dan memiliki rencana kontingensi untuk berbagai skenario.
Ia juga menegaskan bahwa UNIFIL tetap menjalankan mandatnya untuk mendukung pasukan Lebanon dalam menjaga keamanan wilayah selatan negara itu.