Suara.com - Ibu Kota Haiti kembali mendapatkan serangan brutal oleh kelompok bersenjata pada Kamis (10/10/2024) waktu setempat.
Serangan tersebut terjadi hanya beberapa hari setelah terjadinya salah satu aksi pembantaian terburuk dalam sejarah negara kepulauan tersebut.
Penduduk setempat melaporkan setidaknya satu orang tewas, dan warga Haiti khawatir jumlah korban jiwa di kota pesisir Arcahaie bisa meningkat setelah serangan kekerasan geng terjadi.
Warga terdengar menelepon stasiun radio, meminta polisi datang untuk menyelamatkan mereka.
Arcahaie, yang terletak di utara Port-au-Prince, merupakan titik strategis bagi geng-geng kuat di Haiti untuk memperluas pengaruh mereka ke seluruh negeri.
Geng-geng itu sudah menguasai hingga 80 persen wilayah ibu kota.
Pekan lalu, anggota geng menyerbu kota Pont-Sonde di pusat Haiti, menewaskan 115 orang, termasuk bayi, ibu, dan orang tua.
Menurut kelompok hak asasi manusia setempat, geng tersebut mendekati Pont-Sonde menggunakan perahu kano sebelum fajar, menembaki warga dan melukai banyak orang saat mereka menyerang secara tiba-tiba, kemudian membakar rumah-rumah warga.
Pembantaian itu memaksa lebih dari 6.200 orang mengungsi.
Baca Juga: Serangan Israel ke Lebanon Ancam Kemanusiaan, PBB: Tarik Pasukan Sekarang!
Serangan tersebut terjadi di tengah kekerasan geng tanpa pandang bulu di seluruh Haiti, yang mengakibatkan meningkatnya jumlah kejahatan terhadap warga sipil, khususnya anak-anak.
Amnesti Internasional pada Kamis menyatakan keprihatinan mendalam atas kekerasan terkait geng yang menyasar anak-anak.
“Kami telah mendokumentasikan kisah-kisah memilukan tentang anak-anak yang dipaksa bekerja untuk geng bersenjata – mulai dari mengantarkan barang, mengumpulkan informasi, hingga melakukan pekerjaan domestik di bawah ancaman kekerasan,” kata Ana Piquer, direktur Amnesti Internasional untuk Amerika.
“Selain itu, anak perempuan juga mengalami perudapaksaan dan kekerasan seksual. Keputusasaan mereka sangat mengganggu; banyak dari mereka yang mengungsi atau tidak memiliki tempat tinggal.”
Perdana Menteri Haiti Garry Conille tiba di Kenya pada Kamis untuk kunjungan resmi selama empat hari, di mana ia akan bertemu dengan Presiden Kenya William Ruto dan mencari dukungan lebih lanjut untuk Misi Dukungan Keamanan Multinasional yang diberi mandat oleh PBB di Haiti, yang tiba di negara tersebut pada musim panas lalu. [Antara].