Suara.com - Para pekerja nelayan alami beban berat akibat dampak dari limbah proyek PLTU juga krisis iklim yang terjadi di laut. Penelitian dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), kondisi tersebut membuat nelayan harus melaut lebih jauh agar bisa mendapatkan ikan.
Untuk mencapai lokasi keberadaan ikan, nelayan pun harus lebih banyak membeli solar karena jarak melaut kian jaun.
Eksekutif Nasional WALHI, Satrio Manggala menyampaikan kalau kondisi seperti itu umum dialami oleh nelayan yang berdekatan dengan proyek PLTU.
"Biasanya kawasannya yang kemudian wilayah tangkapnya itu, akibat PLTU, umumnya jadi bertambah beban cost untuk melaut, nambah lagi solarnya karena melaut jadi nambah jaraknya," kata Satrio dalam diskusi Aliansi Jurnalis Independen (AJI) secara virtual, Kamis (10/10/2024).
Limbah PLTU yang dibuang ke laut membuat sebaran ikan makin jauh dari jangkauan nelayan. Ditambah lagi dengan situasi krisis iklim yang membawa aspek perubahan di dalam siklus alamiah di bumi.
Satrio menjelaskan bahwa telah terjadi konsentrasi peningkatan suhu panas di perairan laut. Akibatnya, banyak ikan yang berpindah-pindah tempat untuk meletakan telur-telurnya.
"Beberapa ikan itu jadi bingung, kehilangan arah dan cara dia bernavigasi, karena perubahan ekstrem suhu air laut. Sehingga nelayan kecenderungannya kok makin sulit, biasanya di sini lokasinya ada ikannya kok enggak ada, jadi harus nyari lagi," bebernya.
Dalam diskusi berbeda, WALHI Jawa Barat juga pernah mengungkap kalau limbah PLTU yang banyak mencemari laut salah satunya akibat kapal tongkang batu bara tidak pernah ditutup. Kapal togkang merupakan transportasi yang dirancang khusus untuk mengangkut batu bara dari satu tempat ke tempat lain.
"Kami memotret bahwa tongkang batu bara itu tidak pernah ditutup dan sering sekali cerita-cerita masyarakat atau nelayan, batubaranya tercecer dan juga jangkar-jangkarnya. Jadi menyebabkan ekosistem laut rusak dan mengganggu jaring-jaring alat tangkap yang dipasang oleh nelayan," ungkap WALHI Jawa Barat Wahyuddin dalam diskusi publik, Senin (29/7/2024).
Temuan WALHI juga memotret kebiasaan pekerja PLTU yang sembarangan membuang air panas pembangkitkan boiler ke laut. Sehingga menyebabkan banyak ikan dan ekosistem lainnya di laut jadi mati.