Siapa Diuntungkan dalam Pertemuan Prabowo-Megawati? Begini Kata Pengamat

Chandra Iswinarno Suara.Com
Kamis, 10 Oktober 2024 | 10:40 WIB
Siapa Diuntungkan dalam Pertemuan Prabowo-Megawati? Begini Kata Pengamat
Presiden terpilih sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto mengaku siap mati demi bela rakyat miskin. (Foto: Tim Media Prabowo)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pertemuan antara Prabowo Subianto dengan Megawati Soekarnoputri disebut-sebut tinggal menghitung hari. Bertemunya dua sosok tokoh nasional ini dianggap menjadi momentum penting dalam Pemerintahan Prabowo-Gibran ke depan.

Menurut Pengamat politik Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang, Mikhael Raja Muda Bataona, pertemuan tersebut menjadi salah satu upaya untuk merangkul kutub politik yang berbeda saat ini.

Ia mengemukakan hal tersebut berkaca pada aksi demonstrasi menolak revisi UU Pilkada yang sempat chaos hingga memicu kemarahan mahasiswa dan rakyat beberapa waktu lalu.

Menurutnya hal itu menjadi alarm bagi Prabowo untuk tidak membiarkan Megawati dan PDIP sendirian serta dekat dengan masyarakat sipil, kampus dan kelas menengah karena bisa membahayakan pemerintahan.

Baca Juga: Sejumlah Kandidat Menteri Mulai Dipanggil Prabowo, Kader PDIP Berpeluang Masuk

"Karena itu, sowan dan bertemu Megawati adalah strategi memeluk lawan politik yang pernah menjadi sahabat karib," katanya yang juga pengajar Ilmu Komunikasi Politik dan Teori Kritis mengutip Antara, Kamis (10/10/2024).

"Jadi, menurut saya, yang lebih membutuhkan pertemuan ini adalah Prabowo. Dari perspektif urgen dan pentingnya pertemuan ini maka pertemuan ini akan terjadi di injury time atau dalam pekan-pekan sebelum pelantikan Prabowo," katanya.

Ia kemudian melihat urgensi pertemuan tersebut bagi Prabowo, yakni membutuhkan stabilitaas politik. Apalagi, pekerjaan rumah bagi Prabowo bisa menggenjot pertumbuhan ekonomi di tengah utang yang mencapati Rp 8 ribu triliun.

Residu Politik

Stabilitas politik, menurut Bataona hanya bisa terjadi apabila Megawati bisa dirangkul. Di luar dari masih adanya residu politik akibat Pilpres hal tersebut bisa diminimalisasi melalui putri Bung Karno tersebut.

Baca Juga: Bahlil Doakan Banyak Kader Golkar Masuk Kabinet Prabowo: Kami Menerima Apapun Yang Diputuskan

"Saya kira Prabowo mengalami semacam rasa kurang percaya diri jika memulai kepemimpinan tanpa restu Megawati. Rivalitas Prabowo dan Megawati dalam Pilpres kemarin menjadi panas bukan karena variabel Prabowo tapi karena Jokowi dan Gibran, sehingga Prabowo sungguh membutuhkan pertemuan ini," katanya.

Sementara itu, Prabowo saat ini terus memperlihatkan keinginannya untuk bisa merangkul semua partai politik. Langkah tersebut menunjukan bahwa Mantan Danjen Kopassus itu tidak menghendaki adanya 'oposisi' dengan alibi gaya demokrasi tersebut merupaka ala barat atau liberal.

"Dia ingin memimpin dengan aman dan tanpa gangguan. Ini semacam gen Orde Baru yang didekontekstualisasikan atau ditransfirmasikan Prabowo ke konteks saat ini demi pertumbuhan ekonomi karena Prabowo belajar bahwa pertumbuhan ekonomi tanpa stabilitas politik itu sangatlah sulit," katanya.

Megawati sendiri dengan adanya pertemuan tersebut lebih diuntungkan secara politik. Pasalnya, stabilitas politik menjadi salah satu 'bargain' politik yang menjadi kebutuhan Pemerintahan Prabowo ke depan.

"Meskipun ini pertemuan dalam frame simbiosis mutualisme, karena sama-sama mendapat keuntungan dan insentif politik dari pertemuan ini, tetapi yang lebih diuntungkan adalah Prabowo karena posisi Prabowo saat ini adalah Presiden terpilih yang sangat membutuhkan stabilitas politik," katanya. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI