Geruduk Mabes Polri, Koalisi Peduli Masyarakat Poco Leok: Kami Bawa Amarah Atas Kekerasan Polisi!

Senin, 07 Oktober 2024 | 15:00 WIB
Geruduk Mabes Polri, Koalisi Peduli Masyarakat Poco Leok: Kami Bawa Amarah Atas Kekerasan Polisi!
Koalisi Masyarakat Peduli Poco Leok menggelar aksi di depan Mabes Polri, Jakarta. (Suara.com/Faqih)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Massa yang tergabung dalam Koalisi Masyarakat Peduli Poco Leok menggelar aksi di depan Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Senin (7/10/2024). Dalam aksinya, para pendemo mendesak Institusi Polri dan PLN mengentikan aksi kekerasan terhadap terhadap masyarakat Poco Leok yang menolak proyek Geothermal di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur. 

“Kami hari ini membawa amarah dan kekecewaan yang luar biasa terhadap institusi Kepolisian Republik Indonesia dan PT PLN atas tindakan kekerasan yang telah mereka lakukan pada masyarakat Poco Leok pada tanggal 1 dan 2 Oktober 2024 lalu,” kata Koordinator aksi, Kristianus Jaret di depan Mabes Polri, Senin.

Kritianus mengatakan, pada 1-2 Oktober lalu, sejumlah aparat kepolisian yang mendampingi pihak PLN dan Pemerintah Daerah (Pemda) Manggarai mendatangi wilayah Poco Leok. Kedatangan mereka untuk mematok lahan yang rencananya bakal dilakukan untuk pembangunan proyek geothermal atau tambang panas bumi.

Koalisi Masyarakat Peduli Poco Leok menggelar aksi di depan Mabes Polri, Jakarta. (Suara.com/Faqih)
Koalisi Masyarakat Peduli Poco Leok menggelar aksi di depan Mabes Polri, Jakarta. (Suara.com/Faqih)

Masyarakat Poco Leok sendiri menentang dengan proyek pembangunan tersebut, lantaran ingin melingdungi ruang hidup mereka. Terkait aksi tolak proyek Geothermal, sejumlah warga mengalami luka-luka akibat aksi represif aparat.

Baca Juga: Ditangkap Aparat saat Liput Aksi Tolak Geothermal di NTT, Pemred Floresa Dicekik, Dipukuli hingga Dikunci di Mobil

“Aksi penolakan ini oleh masyarakat Poco Leok sudah berlangsung bertahun-tahun, mereka hendak melindungi kampung atau ruang hidup mereka sendiri dari rencana proyek industri ekstraktif tambang panas bumi. Nahasnya, perjuangan yang panjang ini sering kali harus mendapatkan kekerasan fisik dan intimidasi dari pihak aparat keamanan,” kata Kristianus.

“Pada tanggal 2 Oktober lalu, kedatangan PLN dan Pemda yang didampingi oleh polisi membuat masyarakat Poco Leok harus mendapatkan kekerasan fisik dan intimidasi lagi. Ada beberapa warga yang sampai luka di bagian tubuh, ada juga warga yang dilarikan ke Rumah Sakit di Ruteng,” tambahnya.

Selain warga, seorang jurnalis Herry Kabut juga menjadi korban kekerasan aparat saat meliput aksi tolak proyek Geothermal. Herry diintimidasi polisi akibat meliput aksi warga Poco Leok.

“Kekerasan yang dirasakan oleh masyarakat Poco Leok dan seorang jurnalis bukanlah hal yang benar untuk dilakukan oleh aparat kepolisian,” ujarnya.

Baca Juga: Aksi Represi Polisi saat Demo di Makassar Viral: Diami Korban Luka-luka, Pukuli Paramedis hingga Lecehkan Wanita

Kristianus mengatakan alasan menggelar aksi di depan Mabes Polri untuk melaporkan Kapolres Manggarai KBP Edwin Saleh ke Propam Mabes Polri atas dugaan kekerasan yang dilakukan oleh anak buahnya terhadap warga dan seorang jurnalis Herry Kabut.

“Kami rencananya juga akan melaporkan ke Divisi Propam Mabes Polri, agar Kapolres dam Wakapolres Manggarai dicopot dari jabatannya,” tegas Kritianus.

Mereka juga meminta untuk melakukan audit terhadap anggaran Polres Manggarai. Selain ke Mabes Polri, massa aksi juga menyampaikan tuntutannya kepada Pihak PLN.

“Kami meminta agar PLN menghentikan segala proses Geothermal di wilayah Poco Leok,” pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI