Suara.com - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu nampaknya lebih mendukung Donald Trump ketimbang Kamala Harris di Pilpres AS (Amerika Serikat).
Nampaknya hal tersebut langsung ditanggapi Wakil Presiden Amerika Serikat, Kamala Harris. Menurutnya, tak ada hubungan spesial antara AS dengan Netanyahu.
Kamala menegaskan, bahwa AS mempunyai hubungan erat dengan rakyat Israel karena lebih bernilai ketimbang dengan Netanyahu.
Dalam cuplikan wawancara yang dirilis sebelumnya dengan program CBS '60 Minutes' yang dijadwalkan tayang pada Senin (7/10), kandidat presiden dari Partai Demokrat, Harris, menyarankan bahwa dukungan AS terhadap Israel didasarkan pada prinsip-prinsip, bukan hubungan individu.
Baca Juga: Cuma Butuh 1 Tahun Israel Hilangkan Nyawa Puluhan Ribu Warga Palestina
Dia menyinggung ketidaksepakatan baru-baru ini terkait seruan AS untuk gencatan senjata di Lebanon, dengan mengatakan bahwa Washington mendukung hak Israel untuk membela diri melawan kelompok-kelompok seperti Hamas dan Hizbullah.
Harris juga mengatakan bahwa Israel telah mengambil beberapa langkah di bawah tekanan AS, yang menunjukkan bahwa pengaruh diplomatik tetap kuat meskipun ada perbedaan pendapat.
Netanyahu dikabarkan lebih mendukung mantan Presiden Donald Trump, pesaing Harris, untuk kembali menjabat di Gedung Putih, karena percaya bahwa Trump tidak akan menentang perang yang semakin digencarkan Israel.
Harris menyatakan bahwa AS berupaya meningkatkan bantuan kemanusiaan, mengamankan pembebasan tahanan, dan bekerja menuju gencatan senjata, sambil menambahkan bahwa tekanan diplomatik akan terus diberikan baik kepada Israel maupun pihak regional lainnya.
Ketika ditanya apakah Netanyahu adalah teman dekatnya, Harris mengalihkan fokus dengan menyatakan bahwa aliansi antara rakyat kedua negara jauh lebih penting.
Baca Juga: Soroti Konflik Israel-Palestina, Pengamat: Ada Upaya Membumihanguskan Gaza
Harris berada di bawah tekanan dari banyak anggota partainya – terutama Demokrat muda dan mereka yang memiliki akar Timur Tengah, yang frustrasi dengan apa yang mereka anggap sebagai kegagalan Presiden Joe Biden untuk bersikap tegas terhadap Israel.
Harris diminta untuk dapat mengambil sikap lebih keras dalam mendukung Palestina dan menentang perang Israel di Gaza yang telah berlangsung selama setahun, sehingga menewaskan sekitar 42.000 orang dan melukai hampir 97.000 lainnya. (Antara).