Suara.com - Rusia telah memulai evakuasi warganya dari Lebanon menyusul meningkatnya ketegangan di kawasan tersebut.
Menteri Situasi Darurat Rusia, Alexander Kurenkov, mengonfirmasi bahwa pada Kamis, sebuah penerbangan khusus meninggalkan Beirut, membawa anggota keluarga diplomat Rusia. Sekitar 60 orang diperkirakan akan tiba di Rusia pada hari yang sama.
Evakuasi ini dilakukan atas perintah langsung dari Presiden Rusia, Vladimir Putin, sebagai respons terhadap eskalasi konflik antara Israel dan Hamas di Gaza yang telah berlangsung hampir satu tahun.
Situasi semakin genting ketika Israel mengirim pasukannya ke Lebanon selatan setelah dua pekan serangan udara intensif. Konflik ini berisiko melibatkan negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan Iran.
Baca Juga: Lebih dari Rp400 Triliun Dipakai Bangun Iron Dome Israel, Tak Mampu Cegat Rudal Iran
Kementerian Situasi Darurat Rusia juga menyatakan bahwa mereka sering membantu evakuasi warga negara lain dari bekas republik Soviet dalam situasi seperti ini.
Berdasarkan laporan dari kantor berita Rusia, TASS, sekitar 3.000 warga Rusia dan negara-negara Commonwealth of Independent States (CIS) telah menyatakan keinginan untuk meninggalkan Lebanon.
Langkah ini merupakan bagian dari upaya Rusia untuk melindungi warganya di tengah meningkatnya ketidakstabilan di Timur Tengah, yang kini semakin mendekati Lebanon akibat keterlibatan Israel.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo memerintahkan percepatan evakuasi warga negara Indonesia (WNI) yang berada di Lebanon, menegaskan bahwa keselamatan mereka harus diutamakan.
Setelah meninjau RSUD Kefamenanu di NTT, Presiden menyampaikan bahwa Menteri Luar Negeri Retno Marsudi telah diperintahkan untuk segera menindaklanjuti proses evakuasi ini.
Baca Juga: Kelompok Houthi Yaman Luncurkan Drone ke Israel, Diklaim Berhasil Mencapai Target
"Kementerian Luar Negeri, Bu Menteri sudah saya perintahkan untuk menindaklanjuti apa yang sudah saya sampaikan agar keselamatan perlindungan terhadap warga kita dinomorsatukan dan evakuasi disegerakan," kata Presiden Jokowi.
Indonesia melalui Kemenlu juga mendesak semua pihak untuk menahan diri menyusul meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, terutama setelah serangan darat Israel ke Lebanon dan serangan rudal Iran ke Israel. PBB diminta segera mengambil langkah untuk meredakan situasi yang terjadi.
"Indonesia sangat khawatir bahwa potensi perang dengan skala yang lebih besar dapat terjadi," kata Rolliansyah melalui pesan singkat.