Diskusi LMS 2024: Punya Sistem Kerja Sederhana, Ini Kelebihan dan Kelemahan Homeless Media

Kamis, 03 Oktober 2024 | 21:20 WIB
Diskusi LMS 2024: Punya Sistem Kerja Sederhana, Ini Kelebihan dan Kelemahan Homeless Media
Diskusi 'Embracing New Media Era: Visual and Homeless' di acara Local Media Summit (LMS) 2024 yang digelar Suara.com di Hotel Sultan, Jakarta, Kamis (3/10/2024). (Suara.com/Lilis Varwati)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Meskipun sama-sama membagikan berita tentang informasi terkini, homeless media punya cara kerja yang bisa jadi sangat berbeda dengan media massa konvensional. Temuan Remotivi, homeless media cenderung menjalankan sistem kerja secara informalitas dan sederhana. 

Cara seperti itu rupanya yang membantu konten homeless media juga bisa cepat viral di media sosial. Peneliti Remotivi Geger Riyanto mengatakan, homeless media umumnya dikelola oleh 2-5 orang, dengan begitu hierarki dalam menaikan konten juga lebih pendek. 

"Sistem kerja yang sederhana ini memungkinkan mereka menyampaikan berita pada audiens lebih cepat daripada media tradisional. Dan pengelola homeless media sendiri, mereka sangat sadar pentingnya untuk membuka konten secara cepat, kalau enggak mereka bisa kehilangan audiens," kata Geger dalam diskusi 'Embracing New Media Era: Visual and Homeless' di acara Local Media Summit (LMS) 2024 yang digelar Suara.com di Hotel Sultan, Jakarta, Kamis (3/10/2024).

Audiens sangat penting bagi homeless media. Karena bila audiens berkurang, maka berpotensi menurunkan pendapat mereka dari endorse. Akan tetapi, penerapan sistem kerja homeless media itu juga menimbulkan kelemahan yang sangat fatal.

Baca Juga: Fenomena Homeless Media di Indonesia: Awalnya Cuma Iseng hingga Tak Menyangka Bisa Besar di Medsos

Suasana jalannya penutupan acara Local Media Summit 2024 di Hotel Sultan, Jakarta, Kamis (3/10/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]
Suasana jalannya penutupan acara Local Media Summit 2024 di Hotel Sultan, Jakarta, Kamis (3/10/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]

Menurut Geger, pelaku homeless media sendiri juga sadar dengan kelemahan tersebut. 

"Mereka sadar bahwa mereka sangat rentan dengan misinformasi. Jadi mereka kan kebutuhannya adalah mengirimkan secara cepat. Karena biasanya semakin cepat mereka upload informasi baru, yang mereka dapatkan biar bisa tadi dari kiriman audiens, itu semakin cepat pula mereka bisa mendapatkan informasi yang viral," jelasnya. 

Dari sepuluh homeless media yang diteliti oleh Remotivi, beberapa di antaranya sadar akan risiko tersebut. Untuk mengantisipasi hal tersebut, kata Geger, pelaku homeless media melakukan beberapa metode, seperti cross platform checking.

"Mengecek misalkan di kanal-kanal lain di Facebook,  apa ini juga sudah terjadi, sudah di-post gitu. Dan kemudian ada juga yang bilang mereka melakukan background check, misalkan melihat apa yang dikirim ke mereka itu akun telur atau kira-kira akun manusia yang legit," pungkasnya. 

Baca Juga: Wamenkominfo Nezar Patria Ungkap Strategi Agar Bisnis Media Bisa Bertahan Lama

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI