Kronologi Bentrok di Keraton Kasepuhan: Diduga Karena Perebutan Tahta Cirebon

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Kamis, 03 Oktober 2024 | 20:21 WIB
Kronologi Bentrok di Keraton Kasepuhan: Diduga Karena Perebutan Tahta Cirebon
Kronologi Sengketa Keraton Kasepuhan (disparbud.jabarprov.go.id)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Konflik tahta di Keraton Kasepuhan Cirebon, Jawa Barat, kini kembali memanas. Dua kubu yang sedang mengalami polemik terlibat kericuhan di Alun-alun Sangkala Buana, tepatnya di depan Keraton Kasepuhan Cirebon, pada Rabu, 2 Oktober 2024. Selengkapnya, ketahui kronologi sengketa Keraton Kasepuhan berikut.

Puluhan warga yang mendukung masing-masing kubu, terlibat bentrokan hingga mengakibatkan kerusakan pada sejumlah fasilitas umum. Ketegangan ini terjadi usai pelaksanaan diskusi terkait takhta Kesultanan Kasepuhan Cirebon dengan menghadirkan sejumlah kelompok yang mengeklaim ia berhak terhadap kekuasaan di Kasepuhan Cirebon. Sebagaimana diketahui, saat ini Kesultanan Kasepuhan dikuasai oleh Sultan Pangeran Raja Adipati Luqman Zulkaedin.

Dalam kericuhan yang terjadi, beberapa warga turut melakukan penyerangan terhadap sekelompok orang yang mengeklaim jika kubunya memiliki hak untuk mewarisi takhta Keraton Kasepuhan Cirebon.

Kronologi Sengketa Keraton Kasepuhan

Baca Juga: 7 Jenazah di Kali Bekasi, Polisi Sita Puluhan Motor dan Sajam dari Gerombolan Remaja

Panglima Tinggi Laskar Agung Macan Ali (LMA) Nuswantara Cirebon, Prabu Diaz, mengungkapkan, kericuhan tersebut bermula dari klaim antara dua tokoh yang merasa lebih layak menjadi Sultan Kasepuhan.

“Tidak ada polemik di dalam Kesultanan sebenarnya, tapi ada dua pihak yang mengklaim menjadi Sultan. Mereka adalah Heru Nursamsi dan Raharjo,” ungkap Prabu Diaz kepada awak media.

Menurut Prabu Diaz, kedatangan pengikut dari Heru Nursamsi (Pangeran Kuda Putih), menjadi ajang untuk berdiskusi tentang konflik Keraton Kasepuhan. Ia kemudian menyebut, bahwa kelompok yang mengeklaim berhak sebagai pemegang takhta Kesultanan Keraton Kasepuhan Cirebon tersebut datang secara baik-baik.

Namun pihaknya tidak tahu menahu, mengapa tiba-tiba konflik pecah hingga menyasar kepada kelompok Pangeran Kuda Putih yang diwakili oleh Mahesa dan rekan-rekannya.

Di sisi lain, menurut Heru Nursyamsi, salah satu pihak yang terlibat konflik, perselisihan berakar pada sengketa hak waris yang melibatkan antara keturunan Sunan Gunung Jati dan Pangeran Cakrabuana. Heru juga menegaskan bahwa isu utama bukan terkait siapa yang berhak menduduki takhta, namun soal kepemilikan sah atas warisan Keraton Kasepuhan.

Baca Juga: Kronologi Perampokan Satu Keluarga di Bogor, Hendak Buang Jasad Korban ke Sukabumi

Sebelunnya, pihak Heru Nursamsi dan Raharjo mengutus orang untuk berdiskusi dengan LMA untuk menyelesaikan perselisihan yang terjadi.

Sebagai informasi, polemik yang kini memanas itu sudah berlangsung sejak wafatnya Sultan Sepuh Pangeran Adipati Arif Natadiningrat pada 2020, kemudian saat ini tahta dilanjutkan oleh putranya, Luqman Zulkaedin. Akan tetapi, kepemimpinan Luqman itu terus menimbulkan perdebatan dan memicu terjadinya perebutan tahta.

Laskar Macan Ali berjanji turut melibatkan berbagai elemen dalam upaya menyelesaikan permasalahan yang terjadi secara damai dan sesuai dengan fakta sejarah.

“Kami ingin menyelesaikan masalah ini dengan adil. Manis atau pahit hasilnya, semuanya akan berdasarkan fakta sejarah yang valid,” ucapnya.

Demikian ulasan mengenai kronologi sengketa Keraton Kasepuhan. Masyarakat sekitar berharap polemik dapat segera diselesaikan dengan damai agar situasi di Keraton Kasepuhan kembali berjalan kondusif.

Kontributor : Putri Ayu Nanda Sari

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI