Nasib Dokter di Zona Perang Lebanon, Mohammad Taoube: Saya Tidak Akan Pergi!

Bella Suara.Com
Kamis, 03 Oktober 2024 | 11:01 WIB
Nasib Dokter di Zona Perang Lebanon, Mohammad Taoube: Saya Tidak Akan Pergi!
Ilustrasi dokter bedah.[Unsplash/Natanael Melchor]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Para dokter di salah satu rumah sakit terbesar di Lebanon selatan mengungkapkan kekhawatiran mereka terhadap keselamatan diri setelah serangkaian serangan terjadi di sekitar rumah sakit dalam beberapa hari terakhir. Kondisi ini membuat setengah dari staf pulang, sementara sisanya memilih bertahan dan tinggal di rumah sakit selama lebih dari sepuluh hari.

"Anda tahu, sulit bekerja dalam rasa takut," kata Dr. Mohammad Taoube, kepala unit gawat darurat (ER) di rumah sakit tersebut.

Ia mengungkapkan kekhawatirannya akan keselamatan dirinya dan keluarganya, dengan menyatakan bahwa saat ini tidak ada tempat yang aman di Lebanon.

Pasukan Israel melancarkan serangan udara Senin (30/9/2024) pagi di area Kola, Beirut, menandai serangan pertama di dalam ibu kota Lebanon sejak konflik dengan Hizbullah dimulai pada Oktober tahun lalu. /ANTARA/Anadolu/py
Pasukan Israel melancarkan serangan udara Senin (30/9/2024) pagi di area Kola, Beirut, menandai serangan pertama di dalam ibu kota Lebanon sejak konflik dengan Hizbullah dimulai pada Oktober tahun lalu. /ANTARA/Anadolu/py

Rumah sakit tersebut telah mengalami tiga serangan dalam waktu dekat, termasuk satu insiden yang terjadi di luar unit gawat darurat yang sempat menghalangi akses masuk dan melukai pasien yang baru saja dirawat.

Baca Juga: Dokter Tifa Komentari Etika Berpakaian Jokowi Saat Sidang Paripurna DPR: Masih Belum Paham Aturan...

"Mereka terluka dua kali," kata seorang dokter.

"Pertama karena bom di rumah mereka, dan kedua saat hendak pergi dari rumah sakit." lanjutnya.

Serangan-serangan ini diduga bertujuan untuk menakut-nakuti tenaga medis agar meninggalkan rumah sakit. Dr. Abdul Nasser, seorang dokter bedah umum di rumah sakit tersebut, meyakini bahwa serangan tersebut adalah bagian dari upaya sistematis untuk membuat mereka pergi.

"Begitu dokter pergi, tidak akan ada yang tinggal di kota saya," ujarnya.

Ia juga menegaskan pentingnya staf medis tetap bertahan meskipun situasi semakin mengkhawatirkan.

Baca Juga: Digempur Israel, Panglima TNI Ungkap Kondisi Para Prajurit yang Bertugas di Lebanon

Dr. Nasser, yang sudah melalui tiga perang sebelumnya, mengatakan bahwa konflik kali ini terasa lebih buruk.

"Saya tidak pernah meninggalkan rumah sakit pada perang-perang sebelumnya, dan kali ini pun saya tidak akan pergi," tegasnya.

Meski takut, ia mencoba tetap positif dan menjalankan tugasnya.

Selama dua minggu terakhir, rumah sakit ini telah menerima sekitar 1.500 korban perang. Meski tidak beroperasi seperti sebelum konflik, rumah sakit ini kini menjadi salah satu pusat darurat utama bagi para korban yang dievakuasi dari garis depan hingga ke perbatasan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI