Terlalu Blak-blakan dan Tidak Bisa Diajak Kompromi, Yanuar Nugroho Merasa 'Wajar' Tak Lolos Capim KPK

Kamis, 03 Oktober 2024 | 09:59 WIB
Terlalu Blak-blakan dan Tidak Bisa Diajak Kompromi, Yanuar Nugroho Merasa 'Wajar' Tak Lolos Capim KPK
Yanuar Nugroho. (Instagram/@yanuarnugroho)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Akademisi Yanuar Nugroho menjadi salah satu dari puluhan calon pimpinan (capim) KPK yang tidak lolos tes wawancara. Yanuar sendiri telah memperkirakan dirinya tidak akan lolos karena menyadari pernyataannya selama wawancara terlalu blak-blakan.

Dosen Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara Jakarta itu mengatakan kalau tes wawancara dilakukan secara terbuka di gedung III Sekretaris Negara oleh 9 panitia pelaksana (pansel) dan 2 orang pakar, yakni mantan Ketua Dewan Etik Indonesia Corruption Watch (ICW) Dadang Trisasongko dan mantan Pimpinam KPK Taufiqurrachman Ruki.

Yanuar mengaku ditanya mengenai pandangan tentang kepemimpinan Presiden Jokowi, sikap politik, strategi penanganan korupsi jika terpilih sebagai pimpinan KPK, hingga sumber pendapatan pribadinya.

"Saya jawab semua. Pandangan saya tentang Jokowi, pilihan politik saya, pandangan saya tentang pelemahan KPK, strategi saya jika terpilih (penguatan pencegahan mulai dari kebijakan dan perencanaan pembangunan serta penguatan kapasitas dan integritas KPK), perlunya parpol membuka catatan keuangan, saya jelaskan semua sumber pendapatan, intinya semua saya jawab langsung, lugas, tuntas, apa adanya. Tidak ada jawaban normatif, berbelit-belit," cerita Yanuar pada tulisannya di akun X pribadinya, dikutip Kamis (3/10/2024).

Baca Juga: Sebut Nama Presiden Jokopret, Amien Rais Larang Jokowi Berpolitik Usai Pensiun

Begitu selesai tes wawancara, Yanuar merasa kalau dirinya tidak akan lolos. Prasangka itu muncul karena dia merasa jawabannya terlalu apa adanya bahkan cenderung tidak mau kompromi. Yanuar sendiri menduga-duga berbagai kemungkinan yang jadi penyebab dirinya tidak lolos tes wawancara.

"Mungkin karena strategi pemberantasan korupsi yang saya ajukan dinilai terlalu idealis. Bisa jadi juga mungkin dianggap tidak 'kompatibel' dengan pendekatan pemberantasan korupsi yang akan diambil ke depan. Atau, mungkin saya dianggap tidak kompeten - profil saya tidak cocok memimpin KPK. Tapi apapun itu, saya tahu, saya mungkin 'outlier' dari antara yang diwawancara," tuturnya.

Alhasil, ketika melihat tidak ada namanya dalam daftar sepuluh capim KPK yang diajukan presiden ke DPR, Yanuar mengaku tidak terkejut sama sekali. Dari ceritanya tersebut, mantan Deputi II Kantor Staf Kepresidenan Jokowi itu bahkan telah menduga dirinya tidak lolos sejak tes tertulis.

Dia menganggap keikutsertaannya dalam seleksi capim KPK sebagai 'eksperimen politik'. Walau begitu tetap dia persiapkan dengan sangat serius. Menurutnya, proses seleksi berjalan relatif baik.

"Saya tahu pansel sudah bekerja keras dan berusaha semaksimal mungkin mencari orang-orang terbaik. Meski pada akhirnya mungkin tidak bisa lepas dari kompromi politik. Apapun itu, saya sangat menghargai kerja keras pansel," pungkasnya.

Baca Juga: KIM Percaya diri Prabowo Lanjutkan IKN, Warganet: Mangkrak, Jadi Kota Hantu

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI