Jerman Kecam Serangan Rudal Iran ke Israel

Bella Suara.Com
Rabu, 02 Oktober 2024 | 21:33 WIB
Jerman Kecam Serangan Rudal Iran ke Israel
Kanselir Jerman Olaf Scholz membuat pernyataan setelah berbicara dengan para pemimpin Eropa dan Presiden AS Joe Biden, di Berlin, Jerman, 19 April 2022. [ANTARA/Reuters/Lisi Niesner/as]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kanselir Jerman Olaf Scholz pada Rabu (2/10) mengutuk keras serangan rudal besar-besaran Iran ke Israel yang terjadi Selasa malam. Scholz memperingatkan risiko eskalasi lebih lanjut di kawasan Timur Tengah yang sudah tegang.

"Serangan rudal Iran ke Israel harus dikecam sekeras mungkin," ujar Scholz melalui platform X.

Ia menambahkan bahwa Iran berisiko membakar seluruh kawasan jika terus melakukan tindakan tersebut.

Sebagai respons, Kementerian Luar Negeri Jerman memanggil duta besar Iran untuk memberikan penjelasan terkait serangan tersebut. Karena duta besar Iran tidak berada di Berlin, perwakilan sementara, yaitu charge d’affaires, menanggapi pemanggilan tersebut.

Baca Juga: Digempur Israel, Panglima TNI Ungkap Kondisi Para Prajurit yang Bertugas di Lebanon

Jurubicara kementerian, Sebastian Fischer, menolak klaim Iran bahwa serangan itu adalah pembalasan atas tindakan Israel, termasuk pembunuhan pemimpin Hezbollah, Hassan Nasrallah.

Fischer menegaskan bahwa dalam hukum internasional, pembelaan diri hanya dapat dilakukan untuk menangkis ancaman yang sedang berlangsung atau yang akan datang, sedangkan tindakan balas dendam bukan kategori yang diakui.

Scholz juga menegaskan komitmen Jerman untuk terus berupaya menengahi gencatan senjata antara Israel dan kelompok Hezbollah yang didukung Iran. Ia menyerukan pelaksanaan penuh Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701, yang mengharuskan Hezbollah untuk mundur dari perbatasan dengan Israel.

Selain itu, Scholz mengulangi seruannya untuk gencatan senjata di Gaza, mengingat peringatan serangan Hamas pada 7 Oktober yang memicu perang di wilayah tersebut. Serangan itu mengakibatkan penyanderaan 251 orang, dengan 97 di antaranya masih ditahan di Gaza, termasuk 33 yang diperkirakan sudah meninggal.

Scholz menyatakan bahwa nasib para sandera ini harus menjadi pendorong untuk mencapai kesepakatan berdasarkan proposal yang diajukan oleh Presiden AS Joe Biden.

Baca Juga: Iron Dome: Pembunuh Senyap atau Juru Selamat? Kontroversi di Balik Perisai Besi Israel

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI