Suara.com - Annisa Mahesa, putri almarhum politikus Desmond Mahesa, baru-baru ini dilantik sebagai anggota DPR RI termuda periode 2024-2029. Meski baru berusia 23 tahun, harta kekayaan Annisa mencapai Rp 5,8 miliar. Lantas, berapa harta kekayaan Desmond Mahesa?
Perempuan yang akrab disapa Icha tersebut mengikuti jejak mendiang ayahnya dengan mencalonkan diri sebagai anggota legislatif (caleg) dari Partai Gerindra di daerah pemilihan (dapil) Banten II. Ia berhasil memperoleh 122.470 suara dan lolos ke Senayan.
Kesuksesan Annisa Mahesa membuat publik penasaran dengan sosok sang ayah, Desmond Mahesa. Berikut adalah ulasan mengenai profil, jejak karier, hingga harta kekayaan Desmond Mahesa.
Profil Desmond Mahesa
Desmond Junaidi Mahesa dikenal sebagai seorang aktivis dan politikus. Ia lahir di Banjarmasin, Kalimantan Selatan pada 12 Desember 1965. Ayahnya, Muchtar alias Tarlan, adalah petani dan buruh, sementara ibunya, Sa'diah, merupakan pedagang telur di pasar lokal.
Desmond Junaidi Mahesa adalah anggota Komisi III DPR dari Fraksi Partai Gerindra. Namanya mulai dikenal publik saat menjadi salah satu korban penculikan aktivis pro-demokrasi pada tahun 1997 hingga 1998.
Saat itu, Desmond adalah seorang aktivis dan mahasiswa yang berjuang menegakkan keadilan dan demokrasi di masa pemerintahan Orde Baru yang dipimpin oleh Soeharto.
Jejak Karier Desmond Mahesa
Desmond mengenyam pendidikan sarjana di Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) Banjarmasin). Saat kuliah, ia melakukan berbagai pekerjaan kasar seperti kuli bangunan, cleaning service, dan bahkan menarik becak di malam hari demi membiayai kehidupannya.
Selama di kampus, ia aktif dalam berbagai organisasi, di antaranya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Kelompok Studi Islam (KSI), serta terlibat dalam penulisan artikel di media lokal. Kariernya mulai berubah ketika ia bekerja di Program Lingkungan Hidup GTZ, sebuah kerjasama antara Indonesia dan Jerman, di Kalimantan Timur.
Setelah pindah ke Pulau Jawa, Desmond bekerja di Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Nusantara, pertama di Bandung dan kemudian di Jakarta, di mana ia menjabat sebagai direktur.
Selain di LBH Nusantara, Desmond juga aktif di berbagai organisasi seperti Walhi, Konsorsium Pembaruan Agraria, Forum Demokrasi, dan SPIDE. Setelah dibebaskan dari penculikan, ia mendirikan Yayasan Dalas Hangit di Banjarmasin dan menjadi Ketua Yayasan LBH Banjarmasin.