Meskipun sebagian besar rudal berhasil dicegat, ada laporan kerusakan dan cedera yang tersebar. Di Tel Aviv, dua warga sipil terluka ringan akibat pecahan peluru, sementara di kota Jericho, Tepi Barat, seorang warga sipil Palestina tewas akibat serpihan salah satu rudal, kantor berita AFP melaporkan. Militer Israel dengan cepat mengumumkan bahwa ancaman langsung telah berlalu, dan warga sipil diizinkan meninggalkan tempat perlindungan bom setelah satu jam.
Serangan rudal Teheran terjadi di tengah meningkatnya kekhawatiran akan konflik regional yang lebih luas. Dalam eskalasi terkait, pasukan Israel melakukan serangan darat di Lebanon selatan, yang menargetkan posisi Hizbullah. Pihak berwenang Lebanon melaporkan bahwa serangan udara Israel terbaru telah menewaskan sedikitnya 55 orang, menambah jumlah korban yang terus bertambah sejak konflik meningkat pada awal Oktober.
Kementerian kesehatan Lebanon menyatakan bahwa lebih dari 1.800 orang telah tewas sejak konflik dimulai, dengan ratusan ribu orang mengungsi di seluruh wilayah. Potensi eskalasi lebih lanjut antara Israel dan kelompok-kelompok yang didukung Iran di Lebanon dan Gaza telah menimbulkan kekhawatiran di seluruh komunitas internasional.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengutuk serangan itu, menyerukan gencatan senjata segera dan memperingatkan terhadap konflik yang meluas di Timur Tengah. "Ini harus dihentikan. Kami benar-benar membutuhkan gencatan senjata," kata Guterres dalam sebuah pernyataan.
Ketika ketegangan terus meningkat, Yordania, Irak, dan Israel menutup wilayah udara mereka, dan penerbangan ditangguhkan di Bandara Internasional Teheran, Bandara Ben Gurion di Israel, dan pusat-pusat regional lainnya. Negara-negara tetangga, termasuk Irak dan Yordania, bersiap menghadapi dampak lebih lanjut, dengan milisi Irak yang didukung Iran mengancam akan menargetkan pangkalan-pangkalan AS di wilayah tersebut jika Washington terlibat dalam konflik tersebut.