6 Fakta Lubang Buaya dalam Sejarah G30S dan PKI pada Peristiwa 1965

M Nurhadi Suara.Com
Senin, 30 September 2024 | 13:18 WIB
6 Fakta Lubang Buaya dalam Sejarah G30S dan PKI pada Peristiwa 1965
Monumen Pancasila Sakti atau Museum Lubang Buaya (Antara)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sejarah Gerakan 30 September 1965 atau G30S (Gerakan 30 September) yang dikaitkan dengan PKI (Partai komunias Indonesia) selalu jadi perdebatan ahli sejarah, pegiat media sosial hingga berbagai kalangan.

Tepat pada hari ini, 30 September 59 tahun silam, Indonesia diguncang dengan pembunuhan enam pejabat tinggi militer serta beberapa perwira. Hingga kini, perdebatan tentang peristiwa ini terus terjadi, seperti keterlibatan CIA hingga keaslian Supersemar yang terus menjadi diskusi di berbagai forum.

Redaksi Suara.com menelusuri dan menyajikan lima fakta mengenai Lubang Buaya dalam peristiwa G30S berdasarkan penelitian, kesaksian dokter, dan pandangan pakar sejarah dari berbagai sumber:

1. Tidak Ada Tanda Penyiksaan Berat Terhadap Korban

Baca Juga: Arti Kabir yang Digaungkan PKI dalam Sejarah G30S Ketika Melakukan Pembunuhan

Tim dokter forensik yang melakukan otopsi terhadap jenazah para jenderal pada 4 Oktober 1965, menyatakan bahwa tidak ditemukan bukti penyiksaan berat seperti yang selama ini dilaporkan. Dokter Nugroho Notosusanto dan Ismail Saleh, dalam buku 'Tragedi Nasional Percobaan Kup G 30 S/PKI di Indonesia', menyebutkan bahwa luka-luka pada korban disebabkan oleh tembakan dan bukan karena penyiksaan sadis seperti mutilasi atau pencungkilan mata.

Fakta ini mengoreksi narasi sebelumnya yang menyebutkan bahwa para korban mengalami penyiksaan fisik yang ekstrem. Fakta ini juga membantah film G30S/PKI yang beberapa saat setelahnya dirilis dan disebarkan di tengah masyarakat.

2. Asal Nama 'Lubang Buaya'

Nama "Lubang Buaya" bukanlah karena lubang tempat jenazah para jenderal tersebut dilemparkan, melainkan merupakan nama daerah tersebut yang sudah ada sejak lama. Wilayah ini awalnya adalah bekas markas latihan militer yang digunakan oleh Angkatan Udara dan beberapa organisasi sukarelawan.

Nama Lubang Buaya sendiri berasal dari kisah legenda masa lampau mengenai seekor buaya putih yang diyakini mendiami area tersebut. (Sumber: Benedict Anderson dan Ruth McVey, *A Preliminary Analysis of the October 1, 1965, Coup in Indonesia).

Baca Juga: Link Nonton Film G30S PKI Secara Legal, Jangan Ditonton Bareng Anak!

3. Peran Gerwani dan Isu Penyiksaan di Lubang Buaya

Awalnya, terdapat propaganda yang menyebut bahwa Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) terlibat dalam penyiksaan terhadap para jenderal. Namun, sejarawan seperti John Roosa dalam bukunya *Pretext for Mass Murder: The September 30th Movement and Suharto's Coup d'État in Indonesia* (2006), menyatakan bahwa klaim ini adalah bagian dari propaganda untuk mendiskreditkan Gerwani dan PKI. Dalam penyelidikan, tidak ada bukti kuat yang menunjukkan keterlibatan mereka dalam penyiksaan tersebut.

Meski demikian, diperlukan studi lebih lanjut terkait klaim tersebut.

4. Fakta Lubang Tempat Dikuburnya Para Jenderal

Lubang tempat dikuburkannya tujuh perwira militer tersebut memiliki kedalaman sekitar 12 meter dan lebar 75 cm. Berdasarkan kesaksian dan investigasi pasca-G30S, lubang ini memang sudah disiapkan sebelumnya oleh pasukan yang terlibat dalam operasi tersebut.

Namun, hingga saat ini masih menjadi perdebatan tentang siapa yang sebenarnya menggali dan menyiapkan lubang tersebut. [Sumber: Asvi Warman Adam, *Membedah G30S 1965: Fakta atau Rekayasa].

5. Peran Operasi Penumpasan Pasca G30S dan Penemuan Lubang Buaya

Penemuan lubang yang menjadi lokasi jenazah para jenderal baru ditemukan pada 3 Oktober 1965, setelah operasi militer yang dipimpin oleh Soeharto berhasil menumpas pasukan yang terlibat dalam G30S. Peristiwa ini kemudian menjadi titik awal kampanye pemerintah Orde Baru untuk menumpas apa yang dianggap sebagai simpatisan atau anggota PKI di seluruh Indonesia. [Sumber: Robert Cribb, The Indonesian Killings of 1965–1966: Studies from Java and Bali].

6. Kontroversi Film G30S/PKI

Setelah berhasil menumpas Gerakan 30 September (G30S), pemerintah Orde Baru segera menyebarkan narasi bahwa PKI adalah dalang di balik peristiwa ini. Mereka menampilkan "bukti" keterlibatan PKI melalui media massa, pidato resmi, dan dokumen-dokumen yang menunjukkan adanya keterlibatan para anggota PKI dalam tindakan G30S. Salah satu cara efektif yang digunakan adalah melalui penayangan film "Pengkhianatan G30S/PKI" yang diharuskan ditonton oleh masyarakat setiap tanggal 30 September selama masa Orde Baru (Sumber: Cribb, The Indonesian Killings of 1965–1966: Studies from Java and Bali).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI