Protein Hewani: Golden Ticket Menuju Masa Depan Anak Cerdas

Senin, 30 September 2024 | 12:45 WIB
Protein Hewani: Golden Ticket Menuju Masa Depan Anak Cerdas
protein hewani (freepik)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
Menu makan adekuat": udang goreng, nasi, sup ayam, orek tempe (Dok. Kurnia)
Menu makan adekuat: udang goreng, nasi, sup ayam, orek tempe (Dok. Kurnia)

Dalam waktu satu bulan menerapkan pola makan yang benar dan komposisi sesuai anjuran, berat badan Kiyomi mulai menunjukkan peningkatan signifikan. Dari bobot semula 8,2 kilogram naik 800 gram menjadi 9 kilogram pada usia 20 bulan. Kurva pertumbuhan Kiyomi di buku KIA mulai naik ke zona hijau, artinya zona gizi cukup.

Kisah Kiyomi yang terbebas dari status gizi kurang usai menerapkan pola makan yang benar dan menambah protein hewani adalah sebuah fakta tak terbantahkan. Protein hewani menjadi kunci utama untuk memenuhi gizi masyarakat dan juga bisa menjadi jurus ampuh mencegah stunting pada anak-anak Indonesia. Sayangnya, pemahaman orang tua untuk menambah protein hewani masih rendah.

Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2022, tingkat konsumsi protein per kapita masyarakat Indonesia berada di atas standar kecukupan konsumsi protein nasional, yakni 62,21 gram. Namun, untuk konsumsi protein hewani masih rendah, yakni 9,58 gram pada kelompok ikan/udang/cumi/kerang, konsumsi protein hewani daging sebesar 4,79 gram dan konsumsi telur dan susu sebesar 3,37 gram.

Merujuk pada hasil studi yang dilakukan oleh Headey et.al (2018), konsumsi protein hewani memiliki kaitan erat dengan stunting pada anak usia enam sampai 23 bulan. Semakin rendah tingkat konsumsi protein hewani, maka risiko stunting pada anak semakin besar.

Hal ini terbukti dari data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menunjukkan prevalensi stunting nasional sebesar 21,5 persen. Angka ini menjadi harapan baru bagi bangsa sebab turun sekitar 0,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya, namun prevalensi ini masih berada di atas standar WHO sebesar 20 persen.

Isi Piringku Sekali Makan Kemenkes (Suara.com/Chyntia Sami)
Isi Piringku Sekali Makan Kemenkes (Suara.com/Chyntia Sami)

Pentingnya Protein Hewani

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, Kementerian Kesehatan fokus mengkampanyekan pentingnya asupan protein hewani, khususnya untuk anak berusia di bawah dua tahun. Pemberian protein hewani pada anak memegang peranan penting meningkatkan kecerdasan anak.

“Kalau ingin sehat dan pintar, anak-anaknya tidak boleh kekurangan gizi, harus diberikan makanan pendamping ASI kaya protein hewani bisa telur, ikan, daging, supaya gizinya tidak kurang," kata Budi Gunadi dalam acara Peringatan Hari Gizi Nasional ke-64 di Jakarta (28/1/2024).

Setelah menambahkan protein hewani dalam piring makan anak, Budi meminta orang tua memantau kenaikan berat dan tinggi badan anak secara berkala di Posyandu. Kader Posyandu bisa langsung merekomendasikan anak dengan masalah kenaikan berat dan tinggi badan ke Puskesmas untuk dicari tahu penyebabnya, sehingga anak terhindar dari stunting.

Ahli gizi kesehatan masyarakat Universitas Indonesia, Prof. Dr. drg. Sandra Fikawati, MPH atau kerap disapa Fika mengatakan, protein sangat dibutuhkan untuk menunjang tumbuh kembang anak, khususnya anak berusia di bawah dua tahun. Anak di rentang usia ini memiliki pertumbuhan paling cepat dibandingkan usia lainnya, yaitu 20 sampai 25 cm per tahun sehingga harus mendapatkan asupan gizi yang cukup untuk mendukung tumbuh dan kembangnya.

"Kalau di usia itu kurang protein, maka pertumbuhannya tidak optimal. Zat gizi yang paling dibutuhkan adalah protein khususnya protein hewani. Tidak sama antara protein hewani dengan protein nabati,” ujar Fika dalam press launch Olagud Japfa, Kamis (30/5/2024).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI