Suara.com - Dalam era transformasi digital yang pesat, ancaman siber terus berkembang dan menjadi tantangan serius bagi organisasi di Indonesia. Fortinet, pemimpin global dalam solusi keamanan siber, berkomitmen untuk membantu organisasi di Indonesia memperkuat ketahanan siber mereka melalui solusi yang terintegrasi, otomatis, dan adaptif.
"Fortinet Security Fabric merupakan inti dari solusi kami, menggabungkan komponen-komponen utama seperti Secure SD-WAN dan FortiGate Next-Generation Firewalls. Pendekatan terpadu ini memberikan organisasi kemampuan untuk melindungi infrastruktur digital mereka dengan efektif, mulai dari endpoint hingga cloud," kata Edwin Lim, Country Director, Fortinet Indonesia.
“Dengan teknologi berbasis AI dan pemantauan real-time, kami membantu organisasi merespons ancaman dengan cepat dan tepat, terutama bagi sektor-sektor penting seperti keuangan, manufaktur, dan pemerintahan.”
Selain mendukung perlindungan teknis, Fortinet juga menyediakan berbagai alat untuk mengoptimalkan efisiensi operasi keamanan. Dengan otomatisasi yang terintegrasi dalam Fortinet Security Fabric, organisasi dapat mengurangi beban kerja manual terkait pengelolaan ancaman siber.
Baca Juga: Gibran Kunjungi Kantor Menkominfo Budi Arie, Bahas Transformasi Digital hingga Keamanan Siber
Teknologi ini memungkinkan tim IT dan keamanan untuk berfokus pada isu-isu yang lebih strategis, tanpa mengesampingkan deteksi dan respons terhadap serangan secara cepat dan akurat. Hal ini sangat relevan bagi organisasi di Indonesia yang sering kali menghadapi tantangan kapasitas sumber daya manusia di bidang keamanan siber.
Fortinet juga mendukung upaya pemerintah Indonesia dalam meningkatkan kesadaran dan keterampilan keamanan siber. Bekerja sama dengan lembaga seperti Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Fortinet memperluas inisiatif pendidikan dan pelatihan melalui institusi terkemuka seperti Universitas Gadjah Mada dan Institut Teknologi Sepuluh November. Inisiatif ini bertujuan untuk mengurangi kesenjangan keterampilan keamanan siber yang semakin lebar, yang dilaporkan menyebabkan 92 persen organisasi di Indonesia mengalami pelanggaran keamanan dalam setahun terakhir.
Selain itu, Fortinet menyediakan strategi komprehensif untuk membantu organisasi menghadapi ancaman ransomware.
"Kami mengadopsi pendekatan pertahanan berlapis yang mencakup deteksi ancaman proaktif, pengurangan permukaan serangan, dan perencanaan respons insiden. Dengan demikian, organisasi dapat meminimalisir dampak dari serangan ransomware dan memastikan operasional mereka tetap berjalan dengan aman," tambah Edwin Lim.
Tidak hanya fokus pada teknologi, Fortinet juga menekankan pentingnya pengembangan tenaga ahli keamanan siber. Melalui program Fortinet NSE Institute dan Training Advancement Agenda (TAA), Fortinet menyediakan pelatihan dan sertifikasi gratis yang memungkinkan profesional keamanan siber di Indonesia untuk meningkatkan keterampilan mereka dan memperkuat garis pertahanan terakhir dalam menghadapi ancaman siber.
Baca Juga: Bukan Cuma Canggih, Galaxy M15 5G Juga Aman dari Hacker!
Kolaborasi antar organisasi, baik di sektor publik maupun swasta, menjadi salah satu kunci dalam memperkuat postur keamanan nasional. Fortinet mendukung hal ini melalui partisipasinya dalam platform global seperti Cyber Threat Alliance (CTA) dan World Economic Forum’s Centre for Cybersecurity, yang memfasilitasi pertukaran informasi intelijen ancaman dan meningkatkan kerja sama internasional dalam menghadapi tantangan keamanan siber.
Dengan semakin kompleksnya lanskap ancaman siber, Fortinet berkomitmen untuk terus membantu organisasi di Indonesia menjaga ketahanan dan fleksibilitas dalam menghadapi tantangan tersebut. Fortinet tidak hanya menyediakan solusi teknis tetapi juga memberdayakan tenaga kerja lokal melalui pendidikan dan pelatihan, menciptakan ekosistem keamanan siber yang lebih kuat dan tangguh di seluruh Indonesia.