Stakeholders Internasional Bahas Tantangan Ketahanan Geo-Maritim di Indo-Pasifik pada JGF ke-8

Yohanes Endra Suara.Com
Minggu, 29 September 2024 | 07:05 WIB
Stakeholders Internasional Bahas Tantangan Ketahanan Geo-Maritim di Indo-Pasifik pada JGF ke-8
Jakarta Geopolitical Forum (JGF) ke-8. [istimewa]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kemenko Marves bersama dengan Lemhannas telah menyelenggarakan Jakarta Geopolitical Forum (JGF) ke-8 pada hari Rabu-Kamis, 25-26 September 2024, di Hotel The Ritz Carlton, Jakarta. Forum ini berfokus pada isu geopolitik dan maritim, yang disebut sebagai “geo-maritim”, dengan tema “Menangani Tantangan Ketahanan Geo-Maritim di Indo-Pasifik”.

Tujuan utama dari acara JGF ke-8 tahun ini adalah untuk mengeksplorasi kompleksitas geopolitik dan tantangan ketahanan maritim di Kawasan Indo-Pasifik. Tidak hanya itu, JGF ke-8 bertujuan mendorong kolaborasi antarnegara dalam mengatasi tantangan dalam ketahanan maritim.

Kegiatan ini dibuka oleh Wakil Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Pahala Nugraha Mansury dan Plt. Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI), Letnan Jenderal TNI Eko Margiyono.

Pada hari pertama (25 September 2024), JGF ke-8 memiliki 2 sesi diskusi. Sesi pertama JGF ke-8 memiliki tema “Geopolitik dan Keseluruhan Pemerintahan Maritim di Kawasan” yang dibuka dengan pidato Jenderal TNI (HOR) (Purn.) Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi. Menko Luhut menyampaikan komitmen kuat Indonesia untuk menegakkan hukum internasional dan mendorong tatanan berdasarkan aturan “good governance and order at sea” melalui kepatuhan terhadap UNCLOS 1982.

Baca Juga: Luhut Mau Bereskan Wisata Bali: Kelab Telanjang Mau Dikurangi

“Guna memperkuat tatanan berdasarkan aturan maritim dan mengatasi tantangan keamanan maritim, kita harus fokus pada upaya mengatasi kontestasi maritim, perompakan senjata di laut, IUUF, dan tantangan yang muncul dari digitalisasi global, termasuk keamanan siber maritim," ujarnya.

Sesi pertama dilanjutkan dengan pemaparan dan diskusi yang diisi oleh Stephane Mechati (Charge d’affaires of EU Delegation to Indonesia), Dr. Kao Kim Hourn (Sekretaris Jenderal ASEAN), dan Melissa Conley Tyler (Executive Director of the Asia-Pacific Development, Diplomacy, and Defence Dialogue). Ketiga pemapar membahas mengenai pendekatan terhadap ketahanan maritim di tengah tekanan Geopolitik dari setiap negara yang terdapat di kawasan Indo-Pasifik, baik negara maju dan berkembang hingga pada organisasi regional, seperti ASEAN dan Uni Eropa.

Sesi kedua membahas “Kemitraan Strategis untuk Industri Maritim Berkelanjutan” yang dibuka oleh Penasihat senior Menteri Perhubungan Bidang Ekonomi dan Investasi Transportasi, Prof. Wihana Kirana Jaya, dan dilanjutkan oleh 4 pembicara yang berasal dari industri kemaritiman, yaitu Martin Cauchi Inglott (Director of Crimario Project, European Union), Rene Pill Pedersen (Managing Director A.P Moller Singapore Pte Ltd), Surya Tri Harto (Director of HC & Company Services, Pertamina International Shipping), dan Jakub Similski (Manager of Business Development, EFA Group).

Prof. Wihana Kirana menyampaikan bahwa perubahan geopolitik dapat mempengaruhi ekonomi dan tren dalam logistik, mobilitas, dan transportasi. Sehingga perlunya integrasi transportasi multimoda yang lebih baik, regulasi dan penegakan hukum yang jelas untuk mendukung sistem logistik tersebut. “kita perlu membentuk kemitraan strategis dalam mengembangkan teknologi transportasi dan menyusun kerangka regulasi untuk mengatasi tantangan yang ada,” tambahnya.

Sesi hari pertama diakhiri dengan Gala Dinner yang dihadiri para pakar dan dibuka oleh Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi, Kemenko Marves, Jodi Mahardi. Deputi Jodi menyampaikan visi penting yang harus terus dikelola para pemangku kepentingan di sektor kemaritiman, yang mencakup kedaulatan wilayah maritim, keberagaman biodiversity, energi terbarukan, ekonomi biru, dan pembangunan berkelanjutan.

Baca Juga: Keluarga Kaya Merapat, Luhut Buka-bukaan Soal Strategi Family Office Ala Ray Dalio

“Saat kita berkumpul malam ini, saya teringat akan visi pendiri Indonesia, mendiang Presiden Sukarno. Ia membayangkan sebuah dunia di mana bangsa-bangsa, besar dan kecil, akan bangkit bersama melalui persatuan, martabat, dan tujuan bersama. Kata-katanya—“Mari kita bangun dunia baru!”—tetap menjadi cahaya penuntun, yang mendorong kita untuk melampaui perpecahan dan bekerja menuju dunia yang damai dan adil. Sama seperti ia berusaha untuk memupuk persatuan di seluruh pulau Indonesia yang beragam, kita juga harus memperluas semangat persatuan itu ke wilayah Indo-Pasifik yang lebih luas dan seterusnya,” ujar Deputi Jodi.

JGF ke-8 dilanjutkan pada hari kedua (26 September 2024). Hari kedua dimulai dengan sesi ketiga dengan tema “Keamanan maritim dan tantangan di kawasan” yang dibuka oleh Wakil Menteri Pertahanan, Letnan Jenderal (Purn.) M. Herindra. Dalam pidatonya, Wamenhan Herindra menyampaikan kawasan Indo-Pasifik merupakan jalur laut strategis dan memiliki beberapa sumber daya alam yang dipersaingkan dalam konstelasi geo-politik global. Indonesia yang terletak di kawasan Indo-Pasifik akan selalu bertahan pada prinsip non-blok dan akan berusaha untuk selalu berkontribusi untuk ketahanan maritim.

“Indonesia tetap mempertahankan prinsip non-blok dan memaksimalkan peran angkatan laut dalam melakukan patroli dan meningkatkan partisipasi dalam latihan militer secara multilateral. Upaya ini akan membantu Indonesia untuk mempertahankan pengaruh dan memastikan kebebasan, serta keamanan jalur laut perdagangan internasional di perairan yang sangat strategis (Indo-Pasifik) ini,” ujarnya.

Sesi ketiga dilanjutkan oleh 4 pembicara yaitu Mario Ignacio Artaza (Duta Besar Republik Chili untuk Indonesia), Sandeep Chakravorty (Duta Besar India untuk Indonesia), Vladimir Vorobev (Wakil Panglima Tertinggi Angkatan Laut Rusia), dan Laksamana Madya TNI Erwin S. Aldedharma (Wakil Kepala Staf Angkatan Laut Indonesia).

Berlanjut pada sesi keempat, JGF ke-8 dibuka oleh Laksamana Madya TNI (Purn) Amarulla Octavian, Wakil Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Republik Indonesia. Laksdya Octavian menyampaikan bahwa keamanan dan tantangan maritim dapat diselesaikan dengan adanya kolaborasi angkatan laut, penjaga laut, dan bahkan berkolaborasi dengan polisi internasional. Hal ini bertujuan untuk mencegah kejahatan yang berhubungan dengan kemaritiman.

Sesi keempat ini menghadirkan 3 narasumber yang berasal dari organisasi internasional yang berhubungan dengan bidang kemaritiman, yaitu Erik Van der Veen (Kepala Program UNODC di Indonesia), Masayoshi Mita (Penasihat Urusan Kemanusiaan Regional dari Komite Internasional Palang Merah), dan Sudharsan Shrikhande (perwakilan Pusat Nasional Australia untuk Sumber Daya dan Keamanan Kelautan (ANCHORS).

Acara JGF ke-8 diakhiri dengan rangkuman pembahasan seluruh sesi yang disampaikan oleh Prof. Dr. Ir. Dadan Umar Daihani, Staf Ahli Bidang Sumber Daya Alam, Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia dan penutupan oleh Letnan Jenderal TNI Eko Margiyono, Plt. Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas).

JGF ke-8 dihadiri oleh perwakilan pemerintah dan akademisi dari 81 negara dan 2 regional, sektor industri maritim, non-governmental organization, serta kontribusi dari industri maritim seperti EU-Crimario II Project, Scytalys EFA Group, dan PT. Pertamina International Shipping.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI