Pada 2015, ekspor nikel Indonesia hanya bernilai Rp45 triliun, namun setelah kebijakan hilirisasi diterapkan, nilai tersebut melonjak menjadi Rp520 triliun pada 2023.
"Apalagi potensi nikel kita nomor satu di dunia," jelasnya.
Ia juga berharap para produsen dapat memanfaatkan batu bara sebagai komoditas unggulan. Hal ini sejalan dengan peningkatan nilai tambah melalui program hilirisasi dalam negeri.
Selain hilirisasi, Mukhtarudin juga mendorong agar pemerintahan Prabowo Subianto memprioritaskan kebijakan investasi padat karya, seperti pangan, energi, dan manufaktur, dalam periode lima tahun ke depan.
Menurutnya, peran sektor industri manufaktur juga turut memacu perekonomian daerah dan nasional.