Reaksi internasional datang dari berbagai negara. Meskipun ada seruan untuk gencatan senjata, pihak-pihak yang bertikai seperti Israel, Rusia, Ukraina, dan kelompok pendukungnya terus melanjutkan serangan.
Banyak negara berharap PBB dapat memberikan solusi mengatasi konflik, namun efektivitasnya sering dipertanyakan di tengah kesulitan memberikan tekanan yang diperlukan.
Salah satu aktor internasional yang berperan penting dalam penyelesaian konflik adalah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). PBB resmi dibentuk pada 24 Oktober 1945, setelah Piagam PBB ditandatangani di San Francisco oleh 50 negara pendiri, termasuk Indonesia.
PBB menggantikan Liga Bangsa-Bangsa sebagai badan internasional utama untuk menjaga perdamaian dunia, setelah Liga tersebut dianggap tidak efektif dalam mencegah Perang Dunia II yang dimulai pada tahun 1939. Liga Bangsa-Bangsa berhenti beroperasi secara resmi pada 18 April 1946.
Dalam sepekan ini, PBB menggelar Sidang Umum Ke-79. Setidaknya 133 kepala negara dan pemerintahan, tiga wakil presiden, 80 wakil perdana menteri, dan 45 menteri akan menghadiri acara yang berlangsung dari 24 hingga 30 September 2024.
Sidang Umum PBB diadakan setiap tahun di markas besarnya di New York, Amerika Serikat, dan kali ini mengusung tema "Tidak Meninggalkan Siapa pun: Bertindak Bersama untuk Kemajuan Perdamaian, Pembangunan Berkelanjutan, dan Martabat Manusia untuk Generasi Saat Ini dan Masa Depan." (Antara).