Suara.com - Serangan Israel ke wilayah Lebanon mengancam adanya krisis pangan, hal itu bisa terjadi jika adanya blokade ke negara tersebut.
Namun, menurut media setempat, pasokan makanan di Lebanon, dalam hal terjadi blokade total, diperkirakan dapat bertahan selama tiga hingga empat bulan.
Tetapi saat ini dilaporkan belum ada kekurangan pangan di toko-toko setempat.
"Saat ini, ketahanan pangan di negara ini berada pada tingkat yang tinggi, meskipun ada tantangan yang sedang dihadapi. Makanan tersedia di semua wilayah, dan cadangan bahan makanan pokok dalam situasi blokade total akan bertahan selama tiga hingga empat bulan," kata Nabil Fahd, ketua asosiasi pemilik supermarket kepada Sputnik pada Rabu (25/9).
Baca Juga: Konflik Gaza Merembet ke Lebanon, Paus Desak Penyelesaian Damai
Sejauh ini, Lebanon berhasil mempertahankan volume pasokan yang memastikan stabilitas relatif dalam ketersediaan pangan, meskipun dalam keadaan sulit. Permintaan bervariasi di setiap wilayah dan tergantung pada jam-jam tertentu per harinya, tambahnya.
"Saat ini, masyarakat banyak menimbun sereal dan air, tetapi rak-rak supermarket penuh dengan produk dan tidak ada kekurangan. Hingga kini, kami masih dapat memenuhi kebutuhan warga," ucap Fahd.
Israel mulai melakukan serangan besar-besaran di wilayah selatan dan timur dari Lebanon pada Senin (23/9).
Jumlah korban tewas akibat pengeboman ini telah meningkat menjadi 558 orang, kata Menteri Kesehatan Lebanon, Firass Abiad.
Pejuang Hizbullah, di sisi lain, menembakkan puluhan roket ke arah Israel utara.
Baca Juga: Tokoh Penting Hizbullah Tewas
Sebelumnya pada 17-18 September, alat komunikasi penyeranta (pager) dan walkie-talkie meledak di berbagai bagian Lebanon, menewaskan lebih dari 40 orang dan melukai hampir 3.500 lainnya.
Hingga kini, penyebab ribuan perangkat tersebut meledak secara bersamaan masih belum diketahui.
Hizbullah dan otoritas Lebanon menyalahkan Israel atas ledakan tersebut. Presiden Israel, Isaac Herzog, membantah keterlibatan negaranya dalam insiden itu.
Situasi di perbatasan Israel-Lebanon memburuk setelah dimulainya operasi militer Israel di Jalur Gaza pada Oktober 2023. Pasukan Israel dan pejuang Hizbullah terlibat baku tembak hampir setiap hari di wilayah sepanjang perbatasan.
Tokoh Penting Hizbullah Tewas
Serangan udara yang diluncurkan Israel ke wilayah perbatasan Lebanon menyebabkan banyak warga yang tewas.
Terbaru, Hizbullah mengumumkan bahwa Ibrahim Qubaisi, tokoh penting kelompok perlawanan itu tewas dalam serangan Israel.
Seperti disampaikan sebelumnya oleh tentara Israel untuk menjadi sasaran serangan udara di distrik Dahiyeh, Beirut.
Hizbullah memastikan pada Selasa (24/9) malam melalui pernyataan di Telegram bahwa Qubaisi telah tewas.
Qubaisi lahir pada 1962 di Lebanon selatan dan dikenal dengan nama Abu Musa.
Sebelumnya, tentara Israel menyatakan bahwa dalam serangan terbaru di Dahiyeh, sebuah kawasan di pinggiran selatan ibu kota Lebanon.
Mereka menargetkan Ibrahim Qubaisi, yang diidentifikasi sebagai tokoh penting dalam sistem rudal Hizbullah.
Tentara Israel telah melancarkan gelombang serangan udara di Lebanon sejak Senin (23/9) pagi, menargetkan apa yang mereka klaim sebagai sasaran Hizbullah, seiring meningkatnya konflik antara kedua pihak.
Serangan udara mematikan Israel di Lebanon sejak Senin pagi telah menewaskan hampir 560 orang, termasuk 95 wanita dan 50 anak-anak, serta melukai 1.835 lainnya, menurut Menteri Kesehatan Firas Abiad. (Antara).