Pembunuhan Bocah Di Lebak Banten, Bentuk Krisis Moral Dan Kegagalan Pemerintah Sejahterakan Rakyat?

Selasa, 24 September 2024 | 12:16 WIB
Pembunuhan Bocah Di Lebak Banten, Bentuk Krisis Moral Dan Kegagalan Pemerintah Sejahterakan Rakyat?
Ilustrasi garis polisi.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kasus pembunuhan kembali membetot perhatian publik. Seorang bocah 5 tahun ditemukan tewas di Pantai Cihara Lebak, Cilegon, Provinsi Banten.

Polisi sudah menangkap lima orang tersangka pelaku penculikan disertai pembunuhan. Tiga di antaranya perempuan dan dua laki-laki, mirisnya otak kejahatan ini adalah seorang perempuan.

Oleh psikolog forensik, peristiwa ini disebut sebagai wujud dari krisis moral yang terjadi di tengah masyarakat.

Psikolog forensik Meity Arianty menyebutkan, nyawa manusia seolah tidak dianggap berharga sehingga membuat seseorang tega lakukan pembunuhan.

Baca Juga: Mayatnya Dimasukan ke Karung, Pengakuan 'Ngeri' Pembunuh Nenek-nenek di Tasikmalaya

Menurut dia, hal itu termasuk juga dampak dari kemiskinan yang menjerat masyarakat. Sehingga, ketika dalam keadaan terdesak, seperti ditagih utang, seseorang berani lakukan hal nekat apa pun.

"Saat ini di masyarakat kita mengalami krisis moral, nyawa manusia tidak berharga, sebab tingkat kemiskinan semakin tinggi. Pemerintah gagal menyejahterakan rakyatnya dan pejabat hidup mewah dari hasil korupsi uang pajak kita dan keadilan sangat sulit diperoleh," kata Meity kepada Suara.com, dihubungi Selasa (24/9/2024).

Hal lain yang juga membuat seseorang berani lakukan tindakan melawan hukum, menurut Meity, akibat penegakan hukum sendiri yang masih lemah.

"Hukuman yang tidak membuat efek jera mengakibatkan masyarakat lebih mudah melakukan kejahatan," ujarnya.

Cara berpikir seperti itu sebenarnya menunjukan adanya sisi gelap dalam individu. Apabila dibiarkan terus menerus akan berkembang dan memengaruhi tindakannya.

Baca Juga: Menguak Fakta Di Balik Kematian NK: Femisida yang Tak Cuma Sekadar Angka

Meity menyampaikan, sisi gelap itu mendorong individu jadi tidak mampu berpikir jernih, hilangnya rasa harapan, rasa berharga dalam diri dan hanya peduli terhadap diri sendiri.

"Membuat seseorang memunculkan sisi egoisnya dan hewani untuk bertahan hidup hingga tega membunuh, mengambil nyawa orang lain," imbuhnya.

Untuk memerbaiki cara berpikir serta tingkah laku dari individu tersebut, Meity menyarankan perlunya ada lingkungan yang positif dengan dukungan dari keluarga, pasangan, hingga teman dekat. Dukungan postifi tersebut bisa jadi penangkal seseorang dalam menghadapi masalah dengan tindakan buruk.

"Kegagalan pemerintah menyejahterakan dan menerapkan hukuman yang memberikan efek jera membuat masyarakat lebih mudah melakukan kejahatan. Tingginya kriminal dan kejahatan merajalela di masyarakat karena kegagalan pemerintah," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI