Kemendikbudristek Bawa Pulang 288 Artefak dari Belanda, Masyarakat Boleh Lihat Langsung Bentuknya

Senin, 23 September 2024 | 11:50 WIB
Kemendikbudristek Bawa Pulang 288 Artefak dari Belanda, Masyarakat Boleh Lihat Langsung Bentuknya
Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengumumkan kepulangan 288 artefak bersejarah dari Belanda. (istimewa)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengumumkan kepulangan 288 artefak bersejarah dari Belanda. Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid menyampaikan, pemulangan artefak itu sebagai upaya pemulihan dan pelestarian identitas Bangsa Indonesia.

"Ini bukan sekadar tentang mengembalikan benda-benda, tetapi juga memahami dan menyebarkan pengetahuan tentang kekayaan sejarah dan budaya yang telah lama terpisah dari Tanah Air,” kata Hilmar dalam keterangan tertulisnya, Senin (23/9/2024). 

Artefak yang direpatriasi itu berupa berbagai benda dari koleksi Puputan Badung yang diambil selama intervensi Belanda di Bali pada 1906 lalu. 

Juga ada berbagai arca bersejarah dari Candi Singhasari di Jawa Timur.

Baca Juga: Ngaku Enjoy jadi Seniman usai Tak Jabat Presiden, Celetukan SBY 'Cukup 2 Periode' Dianggap Nyindir: Hati-hati Pak

Koleksi itu mencakup, satu Arca Ganesha, Arca Brahma, Arca Bhairawa, dan Arca Nandi yang sebelumnya sudah dipulangkan pada repatriasi pada 2023.

Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengumumkan kepulangan 288 artefak bersejarah dari Belanda. (istimewa)
Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengumumkan kepulangan 288 artefak bersejarah dari Belanda. (istimewa)

Proses repatriasi diawali dengan penandatanganan kesepakatan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, dan Ilmu Pengetahuan Belanda Eppo Egbert Willem Bruins di Wereldmuseum, Amsterdam.

Upacara penandatanganan juga dihadiri oleh berbagai pejabat penting dari kedua negara, termasuk Duta Besar RI untuk Belanda, Mayerfas.

Setelah artefak tersebut dipulangkan ke Indonesia, Direktorat Jenderal Kebudayaan berencana lakukan konservasi dan penelitian oleh para ahli. Hilmar mengatakan, program edukasi juga akan diberikan kepada publik agar mengetahui nilai historis dari artefak tersebut. 

“Kami akan menyiapkan program pendidikan dan kegiatan interaktif yang bertujuan untuk mengedukasi masyarakat tentang nilai historis dan kebudayaan dari artefak-artefak tersebut,” ungkap Hilmar.

Baca Juga: Fakta Baru Kasus Bocah Aqila yang Tewas Dilakban, Pembunuhnya Ngutang dan Masih Teman Ortu Korban

Seluruh koleksi yang direpatriasi itu akan dikelola oleh Indonesian Heritage Agency, kemudian dipamerkan di Museum Nasional Indonesia yang akan dibuka untuk umum pada 15 Oktober mendatang. Sehingga, masyarakat bisa melihat langsung bentuk dari artefak yang telah berusia ratusan tahun tersebut.

Hilmar menambahkan, penelitian asal-usul yang menyertai proses repatriasi terus dilakukan untuk mendapatkan wawasan lebih mendalam tentang sejarah dan peran benda-benda tersebut dalam konteks peradaban Nusantara. 

“Melalui studi ini, kita tidak hanya mendapatkan kembali artefak-artefak tersebut, tetapi juga memperkaya pemahaman kita tentang masa lalu, memungkinkan generasi saat ini dan yang akan datang untuk menghargai lebih dalam warisan budaya yang kita miliki,” tambah Farid.

Direktorat Jenderal Kebudayaan berharap bahwa proses repatriasi tersebut akan berkontribusi pada peningkatan kesadaran publik mengenai pentingnya pelestarian warisan budaya serta menginspirasi upaya serupa di masa depan.

Kepulangan ini diharapkan tidak hanya memperkuat identitas budaya nasional, tetapi juga menjadi simbol dari hubungan diplomatik yang semakin erat antara Indonesia dan Belanda.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI