Suara.com - Pengusaha dan CEO SpaceX, Elon Musk mengatakan kepada pengikutnya bahwa dalam dua tahun mendatang, ia berencana untuk mengirim lima pesawat ruang angkasa ke Mars.
"Pada akhirnya, akan ada ribuan Starship yang menuju Mars dan itu akan menjadi pemandangan yang sangat menakjubkan untuk dilihat!" ujarnya di X, Minggu.
Namun, komentar-komentar Musk tidak luput dari kontroversi politik. Pendukung vokal Donald Trump menyuarakan kekhawatiran bahwa agenda administrasi Demokrat dapat menghambat program Mars dengan birokrasi yang berlebihan, yang mereka klaim dapat "menghancurkan umat manusia."
Musk sendiri tidak menahan diri dalam kritik politik. Awal bulan ini, ia mengatakan, "Kita tidak akan pernah mencapai Mars jika Kamala menang," sebuah pernyataan yang disorot kembali oleh Tn. Trump, kandidat Partai Republik yang menjanjikan untuk memprioritaskan eksplorasi ruang angkasa jika terpilih menjadi presiden.
Baca Juga: Sindir Kamala Harris, Donald Trump Tolak Debat Capres AS Kedua: Merasa Sudah Menang?
SpaceX telah menjadi pusat perhatian dalam eksplorasi luar angkasa, bekerja sama dengan NASA untuk misi transportasi astronaut ke Stasiun Luar Angkasa Internasional. Dalam beberapa minggu terakhir, perusahaan ini juga membantu miliarder Amerika dalam perjalanan luar angkasa pribadi yang bersejarah.
Meskipun pencapaian SpaceX diakui secara luas, Musk mengaku frustasi dengan birokrasi dan pembatasan yang dihadapi perusahaannya di AS.
"Salah satu kekhawatiran terbesar saya adalah birokrasi yang semakin membelenggu program Starship," katanya.
"Ini akan menghancurkan program Mars dan menghancurkan umat manusia," lanjutnya.
Rencananya untuk mengirim misi berawak ke Mars pada tahun 2028 tergantung pada kelancaran misi tak berawak dalam dua tahun mendatang. Musk juga memimpikan koloni mandiri di Mars dalam 20 tahun ke depan.
Baca Juga: SpaceX Targetkan 5 Misi Starship Tanpa Awak ke Mars dalam 2 Tahun!
Sementara itu, Donald Trump yang saat ini mencalonkan diri kembali, diakui mempunyai pengaruh besar dalam kebijakan luar angkasa AS. Pemerintahannya membentuk Space Force dan mendorong NASA untuk kembali ke bulan, meskipun tenggat waktu untuk misi kembali ke bulan telah ditunda hingga tahun 2025.
Di sisi lain, Wakil Presiden Kamala Harris dikenal sebagai pendukung antusias eksplorasi luar angkasa. Sebagai ketua Dewan Antariksa Nasional, ia telah memainkan peran penting dalam diplomasi luar angkasa dengan 37 negara melalui Perjanjian Artemis.
Kontroversi dan ambisi dalam eksplorasi ruang angkasa terus menarik perhatian, dengan pertanyaan besar tentang masa depan kolonisasi luar angkasa dan peran politik di dalamnya.