Pager dan Walkie-Talkie Dilarang dalam Penerbangan ke Beirut usai Ledakan di Lebanon

Aprilo Ade Wismoyo Suara.Com
Jum'at, 20 September 2024 | 13:45 WIB
Pager dan Walkie-Talkie Dilarang dalam Penerbangan ke Beirut usai Ledakan di Lebanon
Ilustrasi bandara internasional. [Istimewa]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Lebanon telah melarang walkie-talkie dan pager dalam penerbangan dari dan ke bandara Beirut. Keputusan tersebut, yang diumumkan pada hari Kamis, dibuat setelah walkie-talkie dan pager, yang dilaporkan digunakan oleh anggota Hizbullah, meledak dalam serangan mematikan awal minggu ini, menewaskan sedikitnya 37 orang dan melukai ribuan orang.

Menurut Kantor Berita Nasional Lebanon, Direktorat Penerbangan Sipil menginstruksikan maskapai penerbangan yang beroperasi dari Bandara Internasional Beirut Rafic Hariri (BEY) untuk memberi tahu penumpang tentang pembatasan baru tersebut. Baik walkie-talkie maupun pager kini dilarang dibawa dalam tas jinjing dan bagasi terdaftar, serta pengiriman kargo. Larangan tersebut akan tetap berlaku hingga pemberitahuan lebih lanjut, demikian dilaporkan kantor berita tersebut.

Dua gelombang ledakan terjadi pada hari Selasa dan Rabu, menewaskan 37 orang dan melukai lebih dari 3.000 orang, menurut otoritas kesehatan Lebanon. Ledakan tersebut melibatkan sejumlah besar walkie-talkie dan pager, yang dilaporkan digunakan oleh Hizbullah, kelompok militan yang didukung Iran, dalam operasi mereka.

Pejabat Lebanon mengklaim bahwa Israel bertanggung jawab atas serangan itu, meskipun Israel belum secara resmi mengakuinya. Hizbullah dan Israel telah terlibat dalam konflik yang sedang berlangsung, saling tembak di perbatasan Lebanon-Israel selama hampir setahun.

Baca Juga: Rusia Sebut Ledakan Pager Di Lebanon Bagian Dari Perang Hibrida

Qatar Airways menanggapi arahan baru tersebut, dengan mengumumkan akan memberlakukan larangan pager dan walkie-talkie untuk semua penerbangan dari Beirut.

"Berlaku segera: Mengikuti arahan yang diterima dari Direktorat Jenderal Penerbangan Sipil Republik Lebanon, semua penumpang yang terbang dari Bandara Internasional Beirut Rafic Hariri (BEY) dilarang membawa pager dan walkie-talkie di dalam pesawat," tulis maskapai itu. "Larangan tersebut berlaku untuk bagasi terdaftar dan bagasi kabin, serta kargo, dan akan diberlakukan hingga pemberitahuan lebih lanjut."

Parade militer pejuang Hizbullah di Lebanon [Foto: Sputniknews.com]
Parade militer pejuang Hizbullah di Lebanon [Foto: Sputniknews.com]

Ketika ketegangan meningkat antara Hizbullah dan Israel, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) melancarkan serangan udara baru yang menargetkan benteng Hizbullah di Lebanon pada hari Kamis.

Dalam sebuah pernyataan yang diunggah di X, IDF mengatakan bahwa mereka bertujuan untuk melemahkan kemampuan dan infrastruktur militer Hizbullah. Militer Israel telah berfokus pada jaringan terowongan dan rumah-rumah warga sipil milik Hizbullah di Lebanon selatan, yang diduga digunakan kelompok tersebut untuk operasi militer.

"IDF saat ini menyerang target-target Hizbullah di Lebanon untuk melemahkan kemampuan dan infrastruktur teroris milik Hizbullah," kata IDF dalam unggahan tersebut. "Selama beberapa dekade, Hizbullah telah mempersenjatai rumah-rumah warga sipil, menggali terowongan di bawahnya, dan menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia—yang telah mengubah Lebanon selatan menjadi zona perang."

Baca Juga: Cuaca Aman! Bali International Airshow 2024 Siap Tampilkan Pertunjukan Udara

Dalam sebuah pidato pada hari Kamis, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengumumkan dimulainya "fase baru" dalam konflik Israel yang sedang berlangsung dengan Hizbullah. Gallant mengatakan bahwa Israel mengalihkan sumber daya dan perhatian ke wilayah utara, yang bertujuan untuk membawa keamanan ke wilayah tersebut dan memungkinkan penduduk yang mengungsi untuk kembali ke rumah mereka.

"Kita berada di awal fase baru dalam perang," kata Gallant dalam sebuah unggahan media sosial. "Kami mengalokasikan sumber daya dan pasukan ke wilayah utara, dan misi kami jelas: memastikan masyarakat utara Israel kembali ke rumah mereka dengan aman. Untuk melakukannya, situasi keamanan harus diubah."

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI