Selain itu, akun Fufufafa juga cukup diskriminatif terkhusus terhadap orientasi seksual seseorang, gender dan pilihan politik yang berbeda. Hal tersebut menunjukkan ketidakdewasaan politik.
"Lalu soal kalau dia adalah seorang politisi, kita bisa langsung kasih label yang bersangkutan bukan politisi yang kredibel, karena kalau yang kredibel tidak akan seperti itu cara komunikasinya, komunikasi politik maupun penggunaan media sosial yang dilakukan," tandasnya.
Gagalnya literasi digital dan pendidikan politik pun, kata Titi tidak bisa dilepaskan dari fenomena Fufufafa ini. Sehingga fenomena ini harus menjadi refleksi untuk semua pihak.
"Itu memang betul-betul cerminan literasi digital yang buruk dan perilaku politik yang sangat butuk. Ini respons apa yang dicerminkan dalam postingan akun Fufufafa dan kalau kita melihat demokrasi sebagai sebuah sistem nilai ya," tegasnya.
Ditambahkan Titi, demokrasi memang ditentukan oleh mayoritas namun bukan berarti lantas minoritas tidak ditinggalkan begitu saja. Hal itu yang tidak disadari oleh akun Fufufafa ini.
"Tapi justru akun fufufafa ini melihat orientasi seksual, jenis kelamin itu sebagai objektifikasi kebencian, ini bahaya banget nih. Kalau banyak orang yang seperti Fufufafa ini," cetusnya.