Megawati Di Hadapan Rektor Se-Rusia: AI Bisa Jadi Mesin Pembunuh Manusia Serta Pelanggeng Kediktatoran

Rabu, 18 September 2024 | 19:29 WIB
Megawati Di Hadapan Rektor Se-Rusia: AI Bisa Jadi Mesin Pembunuh Manusia Serta Pelanggeng Kediktatoran
Megawati berpidato di hadapan rektor universitas se-Rusia, di Kampus St.Petersburg University (SPBU). (Dok. PDIP)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Presiden Kelima RI yang juga Ketua Umum DPP PDIP, Megawati Soekarnoputri menyampaikan kekhawatirannya soal potensi penggunaan Artificial Intelligence atau AI yang tidak dibatasi oleh nilai-nilai kemanusiaan.

Kata Megawati, teknologi AI bisa juga berpotensi menjadi mesin pembunuh kemanusiaan mapun dijadikan alat pelanggeng kediktatoran.

Hal itu disampaikan Megawati dalam pidatonya di hadapan rektor universitas se-Rusia, di Kampus St.Petersburg University (SPBU), dikutip Suara.com dari keterangan tertulisnya, Rabu (18/9/2024).

Para rektor hadir di acara Forum Kemitraan yang digelar SPBU dalam memperingati 300 tahun usia salah satu kampus terbaik di Rusia itu. Megawati diundang sebagai keynote speaker di acara tersebut dam menyampaikan pidato berjudul “Artificial Intelligence, Kemanusiaan dan Konflik Peradaban”.

Dalam pidatonya itu, ia mengajak dunia mendengarkan suara kemanusiaan yang disampaikan Paus Fransiskus, bahwa perkembangan teknologi termasuk melalui kecerdasan buatan, seharusnya tidak bisa digunakan menjadi mesin pembunuh yang otonom.

“Dalam pandangan Paus Fransiskus, keputusan yang menyangkut nasib kehidupan umat manusia tidak boleh digantikan dengan mesin yang tidak memiliki jiwa kemanusiaan itu. Saya sangat sependapat dengan pernyataan tersebut,” kata Megawati.

Menurutnya, manusia memiliki kebijaksanaan, memiliki kemampuan memadukan alam pikir dan alam rasa. Di dalam kesadaran kemanusiaan itu, kata dia, keputusan manusia tidak bisa digantikan oleh mesin yang hanya mengedepankan pertimbangan teknis dan logika statistik.

“Sekiranya perkembangan AI dilepaskan dari kemanusiaan, maka bisa terjadi suatu dictatorship baru yang mengatasnamakan big data dan kecerdasan buatan,” ungkapnya.

Megawati mengatakan, pendapatnya itu bukan karena anti dengan perkembangan kecerdasan buatan dan anti terhadap kemajuan modernisasi. Namun, sebagai manusia, kata dia, dirinya merasa masih punya tanggung jawab moral dan tanggung jawab terhadap masa depan, mengingat begitu banyak persoalan dunia saat ini yang memerlukan uluran tangan kita.

Baca Juga: Hasto: Megawati Bakal Bertemu Prabowo Usai Pulang dari Uzbekistan

Contoh yang disampaikan Megawati, dunia masih dihadapkan pada persoalan kelaparan, gizi buruk yang menciptakan stunting, serta berbagai penyakit menular yang menimbulkan kematian yang begitu tinggi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI