Suara.com - Ramainya pembahasan isu megathrust yang terjadi belakangan menyebabkan persoalan baru di industri pariwisata, terutama di kawasan selatan Jawa Barat (Jabar). Untuk Kawasan Pantai Pangandaran, misalnya, isu megathrust malah membuat okupansi hotel di destinasi tersebut turun.
Ketua Pengusaha Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Pangandaran, Agus Mulyana bahkan mengatakan banyak tamu yang sudah memesan hotel, akhirnya membatalkannya. kondisi tersebut dikatakan Agus terjadi di di sejumlah hotel yang berada di Kawasan Pangandaran..
"Itu adalah kewajiban dari instansi terkait untuk memberikan pemahaman yang baik, bahwa yang saya tangkap itu kan baru prediksi bahwa ada potensi, prediksi aja, belum. Tapi ada potensi untuk terjadinya megathrust," katanya mengutip Harapan Rakyat-jaringan Suara.com, Rabu (11/9/2024).
Ia sendiri tidak mempersoalkan pernyataan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terkait potensi gempa megathrust.
Baca Juga: Megathrust di Indonesia Punya 15 Segmen, Ada yang Potensinya Hingga 9,2 Mmax
Namun, ia menyayangkan persoalan literasi setengah-setengah di masyarakat yang menjadi bisa membuat dunia pariwisata Pangandaran berpotensi lesu.
"Tapi masyarakat penyakitnya kalau membaca berita itu tidak sampai tuntas, hanya judulnya saja yang dibaca. Malas untuk membaca sampai akhir."
"Pemahamannya langsung ditelan akhirnya membuat situasinya lebih tidak kondusif lagi, karena mereka tidak paham berita sampai akhir," katanya.
Sementara itu, seorang pegiat wisata, Amin mengatakan, sejumlah wisatawan membatalkan kunjungannya ke Pangandaran akibat pemberitaan megathrust.
"Sumber informasinya dari BMKG, ada surat edaran bahkan. Ada beberapa yang membatalkan seperti contohnya tadi dari daerah Bogor," katanya.
Baca Juga: Soal Ancaman Megathrust, Warga Ternyata Was-was dengan Bangunan Rumahnya Sendiri
Isu megathrust tersebut sebenarnya sudah kerap berembus dan hal tersebut direspons dengan digelarnya simulasi evakuasi di Kabupaten Pangandaran pada 5 September 2024 lalu yang digelar Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Sementara itu, Plt Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Kabupaten Pangandaran Nana Sukarna mengatakan dampak isu tersebut membuat kunjungan wisata di libur panjang akhir pekan menjadi tidak begitu banyak.
"Kunjungan seperti biasa tidak signifikan di hari-hari biasa. Cuma memang di Sabtu-Minggu terasa," ujarnya.
Ia mengemukakan, saat ini masih mengamati frekuensi kunjungan wisata ke Pangandaran setelah massifnya isu gempa megathrust.
"Frekuensi kunjungan tidak signifikan memang untuk bulan sekarang. Frekuensinya hari biasa, kita lihat nanti di long weekend kita sedang buat eksposing biasanya muncul prediksi di hari Jumat bisa dilihat,” jelas Nana.
Pihaknya akan melihat tingkat kunjungan di sejumlah hotel dan penginapan pada hari Sabtu dan Minggu.
"Hari Sabtu Minggu tingkat kunjungan dilihat, wisatawan di hotel dan penginapan berapa," ucapnya.
Diakuinya isu megathrust bukan hal yang baru untuk di kawasannya. Namun, ia mengatakan bahwa yang saat ini bisa dilakukan yakni berkoordinasi dengan badan/lembaga terkait.
"Megathrust itu kapan saja bisa terjadi. Kalau ada yang bisa memprediksi kapan akan terjadi, berarti memprediksi kiamat juga bisa. Pusdalops-nya harus rajin kolaborasi dengan semua pihak," katanya.