Debat Perdana Pilpres AS, Kamala Harris Sebut Trump Tinggalkan Krisis Pengangguran Terbesar Saat Menjabat

Andi Ahmad S Suara.Com
Rabu, 11 September 2024 | 10:53 WIB
Debat Perdana Pilpres AS, Kamala Harris Sebut Trump Tinggalkan Krisis Pengangguran Terbesar Saat Menjabat
Kamala Harris (Instagram/kamalaharris)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Debat perdana Pilpres Amerika Serikat menjadi sorotan publik, apalagi saat capres dari Partai Demokrat, Kamala Harris melakukan serangan kepada saingannya dari Partai Republik Donald Trump.

Harris sapaan akrabnya menuduh bahwa Trump telah meninggalkan Amerika Serikat dari krisis pengangguran ketika menjabat sebagai presiden.

Saat debat perdana itu, Harris memberikan kecaman keras kepada Trump dan mengklaim bahwa kekacauan saat Capres Partai Republik yang ditinggalkan kala itu berhasil diselesaikan olehnya.

"Krisis pengangguran terburuk di AS, sejak Depresi Besar," katanya, Selasa (11/9/2024).

Baca Juga: Cium Dugaan Pilpres AS Curang, Elon Musk: Ini Pemilu Terakhir Jika Donald Trump Kalah

Tak hanya itu saja, dia kemudian menuduh Donald Trump atas epidemi kesehatan masyarakat terburuk dalam satu abad.

Harris melancarkan serangan tanpa henti terhadap Donald Trump yang menyudutkannya atas apa yang ia sebut sebagai.

"Serangan terburuk terhadap demokrasi AS sejak Perang Saudara. Taktik memecah belah dan mengalihkan perhatian," katanya, dilansir dari NDTV.

Amerika Serikat saat ini sangat terpolarisasi dalam beberapa isu, mulai dari imigrasi dan ras, hingga intoleransi agama dan kejahatan rasial, dan Harris menyalahkan Donald Trump karena menciptakan perpecahan dalam masyarakat Amerika.

Dia menargetkannya atas serangan tahun 2020 di US Capitol di mana ribuan orang menyerbu salah satu institusi terkemuka di Amerika Serikat.

Baca Juga: 40 Orang Tewas! Israel Serang Zona Aman di Jalur Gaza Selatan Gunakan Bom Amerika Serikat

Kedua kandidat tersebut berhadapan hari ini dalam debat Presiden yang diperebutkan dengan ketat dan diselenggarakan oleh ABC News. Puluhan ribu orang di Amerika Serikat dan beberapa juta lainnya di seluruh dunia telah menyaksikan debat yang disiarkan televisi tersebut.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI