Suara.com - Lonjakan signifikan dalam kejahatan kebencian terhadap warga Muslim dan Palestina di Chicago telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat luas.
Menurut Maggie Slavin, manajer operasi cabang Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) di Midwest, terjadi peningkatan sebesar 196 persen dalam insiden kebencian ini sejak Oktober lalu.
"Kejahatan kebencian ini terjadi di berbagai tempat seperti tempat kerja, sekolah, dan ruang publik," ungkap Slavin kepada Anadolu.
Banyak individu menghadapi diskriminasi dan tindakan represif karena menyuarakan solidaritas mereka dengan Palestina dan Gaza. Di tempat kerja, beberapa orang dihukum karena menyatakan dukungan untuk Gaza, sementara di kampus, mahasiswa dikenakan sanksi administratif karena mendukung hak-hak Palestina.
Baca Juga: Pemukim Ilegal Israel Culik dan Pukuli Lansa Palestina
Slavin menyoroti bahwa tanggapan otoritas terhadap peningkatan kejahatan kebencian masih kurang tegas. Meskipun ada beberapa departemen kepolisian yang kooperatif, departemen lain memerlukan advokasi berkelanjutan untuk mengakui insiden ini sebagai kejahatan kebencian.
Salah satu contoh adalah serangan terhadap Kafe Nabala, sebuah kafe milik warga Palestina di kawasan Uptown, yang awalnya tidak diklasifikasikan oleh Kepolisian Chicago sebagai kejahatan kebencian.
"Kami harus bersikap gigih sampai otoritas setuju bahwa insiden ini merupakan kejahatan kebencian," ujar Slavin.
Selain kejahatan kebencian, sentimen anti-Muslim di AS juga dipicu oleh pengawasan ketat dari otoritas federal. Slavin membandingkan situasi saat ini dengan era setelah serangan 11 September 2001, ketika FBI melakukan pengawasan yang ketat terhadap komunitas Muslim.
"Kami menerima banyak panggilan terkait interaksi yang tidak pantas dari FBI," jelas Slavin, menggambarkan suasana ketakutan yang melanda warga Muslim Amerika.
Baca Juga: Generasi yang Hilang? Gaza Awali Tahun Ajaran Baru Pekan Ini Tanpa Satupun Sekolah yang Buka
Slavin juga mengkritik penyalahgunaan istilah "antisemitisme" yang digunakan untuk membungkam kritik terhadap kebijakan Israel.
"Antisemitisme yang sesungguhnya, yaitu penargetan terhadap agama Yahudi, adalah ancaman bagi semua kaum minoritas," tegas Slavin.
Dia menekankan bahwa kritik terhadap kebijakan Israel di Gaza dan Tepi Barat adalah kritik yang sah, bukan tindakan antisemit.
Slavin juga menyinggung pembunuhan aktivis Turkiye-Amerika, Aysenur Ezgi Eygi, oleh pasukan Israel di Tepi Barat. Menurutnya, insiden tersebut bukan kecelakaan, melainkan serangan terarah terhadap pendukung hak-hak Palestina.
"Ini menunjukkan bahwa meskipun Anda warga Amerika, jika Anda seorang Muslim, tentara Israel tidak akan ragu menghilangkan kemanusiaan Anda," tambahnya.