Suara.com - Perilaku empat bocah pelaku pemerkosaan dan pembunuhan siswi SMP di Palembang, Sumatra Selatan miris. Mereka bisa bersikap biasa, bahkan sampai mendatangi acara pengajian atas meninggalnya korban.
Melihat perilaku itu, psikolog sekaligus pemerhati anak Seto Mulyadi alias Kak Seto menyebut empat pelaku perkosaan dan pembunuhan itu disebut memiliki kreativitas dalam bentuk negatif.
Hal itu terlihat karena pelaku mampu melakukan kamuflase dengan bersikap biasa saat datang ke pengajian di rumah korban.
"Iya, salah satu sumber yang sering dijadikan (sumber) adalah media sosial. Jadi kreativitas tapi dalam arti yang negatif, kreativitas, untuk mengecohkan petugas, kreatif untuk menutupi kejahatan dan sebagainya," ujar Kak Seto kepada Suara.com saat dihubungi, Jumat (6/9/2024).
Baca Juga: Kak Seto Sebut Pelaku Perkosa dan Pembunuh Siswi SMP di Palembang Lakukan Kamuflase Kreatif
Kak Seto menekankan pentingnya peran orang dewasa dalam mendidik karakter setiap anak, terutama mengenai etika. Hal-hal seperti itu yang nantinya akan membangun kecerdasan emosional anak.
Namun sayangnya, menurut Kak Seto, banyak orang tua maupun guru di sekolah masih hanya mengedepankan pengajaran ilmu eksakta.
"Jadi ini yang harus kembali diluruskan masalah etika, akhlak mulia dan sebagainya atau kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Ini harus dibangun kembali, lebih utama begitu," terang Kak Seto.
Sebelumnya, Aparat Polrestabes Palembang menyebutkan bahwa pelaku utama pembunuhan siswi di pemakaman umum Tionghoa Palembang, Minggu (31/8/2024) sempat ikut Yasinan malam pertama di kediaman korban.
Kapolrestabes Palembang Kombes Harryo Sugihhartono mengatakan, pelaku utama IS (16) pada saat malam pertama sempat mengikuti Yasinan di rumah korban.
Baca Juga: Tragedi Palembang: Kak Seto Ungkap Pentingnya Pendidikan Etika Cegah Kekerasan Anak
Hal itu dilakukan pelaku agar tidak ada yang mencurigai bahwa dirinya adalah pelaku utama atas pembunuhan tersebut.
Aparat Polrestabes Palembang kemudian menangkap empat tersangka kasus pemerkosaan serta pembunuhan tersebut yaitu IS (16) yang menjadi pelaku utama, MZ (13), MS (12), dan AS (12), pada Selasa (3/9/2024). Sementara itu korban masih berusia 13 tahun.
Berdasarkan hasil penyelidikan psikologi Biro SDM Kepolisian Daerah Sumsel empat tersangka melakukan tindak pembunuhan dipicu keinginan nafsu birahi karena sering menonton film porno yang tersimpan di ponsel pelaku.
Para pelaku menyekap korban hingga tewas dan kemudian melakukan rudapaksa terhadap korban secara bergiliran. Setelah korban meninggal, para pelaku yang masih di bawah umur itu membawa korban ke lokasi kedua yang berjarak sekitar 30 menit berjalan kaki dari lokasi awal untuk menghilangkan jejak.