Suara.com - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dinilai harus ikut bertanggung jawab atas kasus perkosaan dan pembunuhan yang dilakukan oleh empat remaja di Palembang terhadap anak usia 13 tahun. Kritik tersebut disampaikan oleh psikolog sekaligus pemerhati anak Seto Mulyadi atau Kak Seto.
Kak Seto menegaskan bahwa Kemendikbud perlu lakukan kajian ulang terhadap sistem pendidikan anak.
"Yang harus menjadi introspeksi bagi Kementerian Pendidikan kita untuk betul-betul meluruskan kembali bahwa isi pendidikan yang mengedepankan etika-estetika lalu pembangunan akhlak mulia. Ini yang harus lebih diutamakan," kata Kak Seto kepada Suara.com, dihubungi Jumat (6/9/2024).
Menurut Kak Seto, kasus yang terjadi di Palembang menjadi potret lemahnya kecerdasan emosional pada anak. Kondisi itu terjadi akibat dari konsep pendidikan yang hanya menekankan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bersifat eksak.
Padahal sistem pendidikan juga harusnya mengajarkan anak tentang etika, estetika, serta keindahan berperilaku.
"Karena kalau tidak ya mudah terjadi perpecahan, mudah terjadi konflik, ini yang tentu akan tidak siap untuk menghadapi Indonesia emas tahun 2045 nanti," tegasnya.
Sebelumnya, aparat Polrestabes Palembang menangkap empat tersangka kasus pemerkosaan serta pembunuhan tersebut yaitu IS (16) yang menjadi pelaku utama, MZ (13), MS (12), dan AS (12), pada Selasa (3/9/2024). Sementara itu korban masih berusia 13 tahun.
Berdasarkan hasil penyelidikan psikologi Biro SDM Kepolisian Daerah Sumsel empat tersangka melakukan tindak pembunuhan dipicu keinginan nafsu birahi karena sering menonton film porno yang tersimpan di ponsel pelaku.
Para pelaku menyekap korban hingga tewas dan kemudian melakukan rudapaksa terhadap korban secara bergiliran. Setelah korban meninggal, para pelaku yang masih di bawah umur itu membawa korban ke lokasi kedua yang berjarak sekitar 30 menit berjalan kaki dari lokasi awal untuk menghilangkan jejak.