Suara.com - Tala Abu Ajwa, seorang gadis berusia 10 tahun dari Gaza City, tewas dalam serangan udara Israel setelah ayahnya, Hussam Salah Abu Ajwa, mengizinkannya bermain di luar rumah.
Hussam awalnya ragu untuk membiarkan putrinya bermain, namun akhirnya luluh setelah Tala memohon. Dalam hitungan menit setelah keluar, suara ledakan menghantam kawasan tempat tinggal mereka.
“Saya merasa sedih karena dia ingin bermain dengan teman-temannya di sekitar rumah,” ujar Hussam.
Ketika ledakan terdengar, Hussam segera berlari ke lokasi dan menemukan putrinya terkubur di bawah reruntuhan.
Baca Juga: Putin Mengaku Siap Bernegosiasi dengan Ukraina, Tapi Ada Syaratnya
“Saya mengenalinya dari sepatu roda yang dia pakai, satu-satunya yang terlihat dari tubuhnya,” kenangnya dengan pilu.
Foto Tala, dengan sepatu roda berwarna merah muda yang tampak dari bawah kain penutup tubuhnya, kini menyebar luas di media sosial, menjadi simbol nyata dari dampak perang yang merenggut nyawa tak bersalah.
Serangan udara yang menewaskan Tala terjadi di tengah perang yang berkecamuk antara Israel dan Hamas, yang dimulai sejak serangan Hamas ke wilayah selatan Israel pada 7 Oktober. Konflik ini telah menyebabkan kematian puluhan ribu orang, termasuk perempuan dan anak-anak, di Gaza. Menurut Kementerian Kesehatan setempat, lebih dari 40.878 orang tewas sejak Israel melancarkan serangan balasan.
Generasi yang Terancam Hilang
Di Gaza, kehancuran tak hanya merenggut nyawa tetapi juga masa depan. Lebih dari 70% sekolah yang dikelola oleh UNRWA, badan PBB untuk pengungsi Palestina, rusak atau hancur akibat perang. Kepala UNRWA, Philippe Lazzarini, memperingatkan bahwa anak-anak Gaza yang tidak dapat kembali ke sekolah berisiko menjadi "generasi yang hilang", rentan terhadap eksploitasi dan kekerasan.
Kehidupan di tengah perang telah mengubur harapan sederhana anak-anak seperti Tala. "Dia selalu ceria dan suka bermain di luar rumah," kata Hussam tentang putrinya. Seperti banyak anak lainnya, Tala hanya ingin menjalani kehidupan normal. Dia pernah berkata kepada ibunya, “Mengapa kita tidak hidup seperti anak-anak lain di dunia? Kami sudah muak dengan perang, kami ingin hidup damai.”
Baca Juga: Hamas Tuding Netanyahu Menghalangi Upaya Gencatan Senjata di Gaza
Kepergian Tala meninggalkan duka mendalam bagi keluarganya. Dia adalah seorang murid berprestasi dan bercita-cita besar. Namun kini, bersama dengan mimpinya, ia telah pergi untuk selamanya, menjadi salah satu dari ribuan korban anak-anak dalam konflik yang tak kunjung usai.