Bikin Merinding, Puluhan Ribu Lilin Menyala Serentak di GBK Senayan Usai Misa Suci: Dijamin Tak Timbulkan Kebakaran

Jum'at, 06 September 2024 | 08:26 WIB
Bikin Merinding, Puluhan Ribu Lilin Menyala Serentak di GBK Senayan Usai Misa Suci: Dijamin Tak Timbulkan Kebakaran
Puluhan ribu ponsel menyala serentak dalam pemungkas Misa Suci di Gelora Bung Karno atau GBK Jakarta, Kamis (5/9/2024). Sah terukir sejarah penantian umat Katolik Indonesia: menanti kedatangan Bapa Suci laiknya anak merindukan ayahnya [Suara.com/CNR ukirsari]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Acara Misa Suci di Gelora Bung Karno atau GBK Senayan, Jakarta pada Kamis (5/9/2024) menjadi tonggak peneguhan iman bagi para para pemeluk Katolik di Tanah Air.

Sekaligus menjadi bukti kepada dunia, lewat pemberitaan dari rekan-rekan jurnalis yang bergabung dalam Vatican Accredited Media Personnels (VAMP) yang mengabarkan betapa Misa Suci GBK berlangsung sangat dalam. Indah dan menyejukkan hati.

Maria Fatima Sayekti adalah salah satu umat yang mendapatkan undangan misa ini. 

Ia menyatakan betapa beruntungnya bisa hadir duakali dalam misa yang dipimpin Imam Katolik tertinggi sedunia serta Kepala Negara Takhta Suci Vatikan.

Baca Juga: Adu Kreasi dalam Misa Suci Bersama Papa Francesco di GBK: Inilah Keberagaman Indonesia!

Pembagian hosti oleh romo kepada para umat Katolik yang telah dibaptis, di antaranya untuk kelompok para jurnalis [Suara.com/CNR ukirsari]
Pembagian hosti oleh romo kepada para umat Katolik yang telah dibaptis, di antaranya untuk kelompok para jurnalis [Suara.com/CNR ukirsari]

“Pertama kali saat saya berusia 19 tahun dan ikut dalam Misa Suci bersama Paus Santo Yohanes Paulus II di Lapangan Adi Sucipto, Yogyakarta,” kenang Madre, sapaannya.

Jadi bayangkan saja, kerinduan 35 tahun untuk menjumpai peristiwa rohani semegah ini bisa dirasakan kembali olehnya.

“Hanya bedanya di suasana. Saya merasakan ketegangan, dan nggak ada satu orang pun yang mendekat,” kenang Madre.

“Sekarang sungguh adem dan nyaman. Pokoknya sangat berkesan,” tukasnya, mulai turut meneriakkan yel-yel “Viva il Papa, viva il Papa Francesco!” kemudian lagu “Kristus Jaya” dari Puji Syukur 548 yang dipandu dirigen.

Misa Suci sendiri berlangsung khidmat, dan salah satu bukti kekayaan budaya Indonesia ditampilkan di sini. Yaitu doa umat yang didaraskan dalam berbagai bahasa daerah di Tanah Air, serta diwadahi Bapa Suci Paus Fransiskus dalam bahasa Latin, “Qui solus, Dómine,quæ nobis sunt apta cognóscis,in beneplácito tuo vota nostra exáudi et quæ cor nostrum flagitáre non áudet, qusumus, adice. Per Christum Dóminum nostrum.”

Baca Juga: Misa Suci Bersama Sri Paus Fransiskus: Keberagaman Bahasa yang Menyatukan Iman

Atau dalam bahasa kita, “Hanya Engkaulah ya Tuhan, yang memahami apa yang kami butuhkan: dengarkanlah dan kabulkanlah doa-doa kami seturut kehendak-Mu dan dengarkan dan kabulkan doa-doa yang ada di dalam hati kami yang kami sendiri tidak berani dan sanggup mengungkapkannya. Dengan pengantaraan Kristus Tuhan kami.”

Yang disambut umat dengan penuh pengharapan, “amen”.

Suasana khidmat ini terus berlangsung sampai ritus penutup, di mana salah satu konselebran misa, Uskup Agung Jakarta, Mgr Ignatius Kardinal Suharyo Hardjoatmodjo memberikan  ucapan terima kasih, janji tentang umat Katolik Indonesia mempertahankan keimanannya, sampai kalimat perpisahan bagi Papa Francesco yang hari ini, Jumat (6/9/2024) bertolak menuju Papua Nugini.

Kemudian Sri Paus Fransiskus memberikan berkat dan pengutusan. Serta didorong ajudannya dengan kursi roda menuju patung Bunda Maria Segala Suku yang desainnya khas busana Indonesia.

Sri Paus Fransiskus memercikkan air suci ke dahinya kemudian diteruskan membuat tanda salib, penanda siap meninggalkan tempat di mana misa dilaksanakan.

Di sinilah, para umat beramai-ramai menyalakan lilin yang dijamin aman dari bahaya kebakaran.

Puluhan ribu ponsel menyala serentak, melepas kepergian Sri Paus Fransiskus dari stadion utama GBK.

Mendadak suasana ngelangut bercampur bahagia hadir. Selaras petang dengan langit tak berawan di mana matahari perlahan surut dan digantikan lampu-lampu stadion.

Arrivederci Papa Francesco, Mio Santo Padre! 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI