Suara.com - Sebuah serangan mematikan yang dilancarkan oleh Rusia di kota Poltava pada Selasa, menyebabkan setidaknya 41 orang tewas dan lebih dari 180 lainnya terluka.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, mengungkapkan bahwa serangan tersebut menargetkan sebuah institut militer, menjadikannya salah satu serangan paling mematikan dalam konflik yang sedang berlangsung.
Dalam sebuah pernyataan video, Zelenskyy menjelaskan bahwa serangan tersebut dilakukan dengan menggunakan dua rudal balistik, yang menghantam gedung Institut Militer Komunikasi di Poltava. Kerusakan signifikan dilaporkan terjadi pada bangunan tersebut, memperparah jumlah korban jiwa.
Presiden Zelenskyy juga menyatakan bahwa dirinya telah memerintahkan investigasi penuh dan segera terhadap insiden ini.
Baca Juga: Jadi Buruan Internasional! Prancis Incar Nikolai Durov, Kakak Pendiri Telegram
"Para bajingan Rusia pasti akan dimintai pertanggungjawaban atas serangan ini," tegasnya melalui aplikasi pesan Telegram.
Serangan ini semakin memperkuat seruan Zelenskyy kepada negara-negara Barat untuk mempercepat pengiriman sistem pertahanan udara ke Ukraina. Ia menekankan bahwa sistem pertahanan udara dan rudal jarak jauh sangat dibutuhkan untuk melindungi Ukraina dari serangan lebih lanjut.
"Kami terus mengatakan kepada dunia bahwa sistem pertahanan udara dan rudal sangat diperlukan di Ukraina, bukan di gudang senjata," kata Zelenskyy.
Ia juga menambahkan bahwa serangan jarak jauh yang mampu melindungi Ukraina dari teror Rusia diperlukan segera, bukan di kemudian hari. Menurutnya, setiap hari penundaan hanya akan meningkatkan jumlah korban jiwa di negaranya.
Baca Juga: Polandia Siap Tembak Jatuh Rudal Rusia di Atas Ukraina